Karena itu, perlu dirumuskan kebijakan cadangan strategis untuk logam-logam kritis, agar Indonesia tetap relevan dalam ekosistem energi global.
Menata Ulang Arah Transisi
Transisi energi sejati bukan sekadar mengganti bahan bakar, tapi juga menata ulang sistem produksi, konsumsi, dan pengelolaan sumber daya. Negara-negara seperti Jepang dan Uni Eropa telah membangun sistem sirkular untuk baterai, termasuk teknologi daur ulang dan sistem pengumpulan nasional.Indonesia belum terlambat. Namun, waktu untuk pasif sudah habis. Pemerintah perlu menyusun peta jalan pengelolaan limbah baterai, memperkuat teknologi daur ulang, serta membangun sistem insentif dan edukasi publik.
Lebih jauh, evaluasi menyeluruh atas proyek hilirisasi nikel perlu dilakukan. Keuntungan jangka pendek tidak boleh mengorbankan keberlanjutan jangka panjang.
Energi masa depan yang benar-benar hijau bukan hanya bersih saat digunakan, tapi juga adil dalam dampaknya dan bijak dalam perencanaannya. Jangan sampai masa depan kita dibangun di atas kerusakan hari ini—terlebih tanpa cadangan untuk hari esok.
Note : * Penulis merupakan Dosen Ilmu Lingkungan dan Wakil Dekan Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Ibn Khaldun Bogor
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait
