BOGOR, iNewsBogor.id – Dalam rangka Hari Pertambangan dan Energi serta Dies Natalis ke-62, IPB University melalui Pusat Studi Reklamasi Tambang (Reklatam) menggelar Seminar Nasional dan Gelar Teknologi Reklamasi Tambang 2025 pada 9–12 September di IPB International Convention Center, Bogor. Acara ini menyoroti inovasi teknologi dalam mendukung reklamasi dan pemanfaatan lahan bekas tambang di Indonesia.
Dr Irdika Mansur, Kepala Pusat Studi Reklatam IPB University, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap kemajuan praktik reklamasi yang dilakukan perusahaan tambang, sekaligus sebagai sarana diseminasi teknologi perguruan tinggi yang mendukung keberlanjutan lingkungan.
Salah satu inovasi utama yang diperkenalkan adalah sistem pengelolaan air asam tambang menggunakan lahan basah buatan, yang dinilai lebih efisien dibanding metode tradisional seperti penggunaan kapur aktif. Teknologi ini telah diakui secara resmi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5 Tahun 2022.
“Pengelolaan air limbah penting agar kolam bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk perikanan. Untuk itu, dibutuhkan identifikasi tanaman penyerap logam berat serta penggunaan bahan organik lokal,” kata Dr Irdika.
Dr Lana Saria, Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam, menekankan bahwa reklamasi lahan bukan hanya kewajiban hukum, melainkan bagian dari strategi nasional untuk ketahanan pangan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Ia juga menyoroti pentingnya partisipasi publik dalam penyusunan dokumen lingkungan dan rencana pascatambang.
Sementara itu, Prof Iskandar Z Siregar, Wakil Rektor IPB University, menyatakan bahwa forum ini menjadi ruang pertukaran pengalaman antara peneliti dan praktisi serta mendorong terbentuknya living laboratory untuk reklamasi tambang. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan indikator keberhasilan yang bisa diadopsi di berbagai wilayah.
Prof Rizaldi Boer, Kepala Lembaga Riset Internasional Lingkungan dan Perubahan Iklim IPB University, menambahkan bahwa sektor reklamasi tambang memiliki peran strategis dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Ia mengusulkan dibuatnya peta jalan (roadmap) menuju praktik “tambang hijau” 2050.
Acara ini juga dimanfaatkan untuk memperkuat sinergi antara IPB University dan mitra industri melalui penandatanganan kerja sama dengan PT Berau Coal, PT Solusi Bangun Indonesia, dan PT Sucofindo. Seminar dan pameran ini menjadi langkah nyata dalam mendorong pertambangan berkelanjutan berbasis riset dan inovasi teknologi lokal.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait
