Ketika Godaan Digital Menguji Kesetiaan: Kisah Bidan Sukabumi yang Terjerat Cinta dari Tinder

Widhia Afrida
iLustrasi perselingkuhan. Foto: Freepik

SUKABUMI, iNewsBogor.id - Fenomena cinta digital ternyata tidak pandang profesi. Tak hanya pegawai kantoran atau ibu rumah tangga, seorang bidan asal Kota Sukabumi pun terjebak dalam pusaran hubungan gelap yang berawal dari aplikasi Tinder.

Sebut saja Dina (37), seorang bidan yang dikenal ramah di lingkungan tempatnya bekerja. Ia telah menikah selama sebelas tahun dan dikaruniai seorang anak. Tapi di balik kesibukannya membantu kelahiran bayi, Dina justru menyimpan rahasia besar — sebuah kehidupan ganda di dunia maya.

Cerita ini bermula ketika Dina merasa rumah tangganya mulai hambar. Suaminya yang bekerja hingga pulang larut malam, komunikasi jarang, dan percakapan mereka lebih sering seputar urusan anak atau tagihan bulanan.

Hingga suatu malam, ia membuka Tinder “hanya untuk hiburan”. Dari iseng, berlanjut menjadi kebiasaan.

“Rasanya menyenangkan waktu ada yang memuji atau ngajak ngobrol,” ungkapnya dalam percakapan anonim di forum daring.

Di aplikasi itu, Dina mengaku berstatus janda. Alasannya sederhana: agar tidak dicap sebagai perempuan bersuami yang “nakal”. Dalam waktu singkat, ia mulai dekat dengan seorang pria lajang asal Bogor yang terpikat oleh caranya berbicara lembut dan kepribadiannya yang dewasa.

Hubungan mereka semakin intens. Chat malam hari berubah jadi panggilan video, dan akhirnya pertemuan langsung di sebuah kafe di Sukabumi.

Dina menjaga citra “janda kuat” yang sedang mencari pendamping hidup baru, padahal di rumah ada suami yang menunggunya.

Namun, semua kebohongan cepat terkuak ketika pria tersebut menemukan akun media sosial Dina yang masih memajang foto keluarga.

Konflik pun pecah. Alih-alih mengaku, Dina memilih playing victim — mengaku disalahpahami dan “cuma ingin didengar”. Dalam pengakuannya, ia merasa tak bersalah karena belum “melakukan apa-apa secara fisik”.

Padahal, secara emosional, hubungan itu sudah jauh melampaui batas.

Kasus seperti Dina menggambarkan betapa tipisnya garis antara kesepian dan pengkhianatan di era digital. Aplikasi yang dirancang untuk mempertemukan jomblo justru bisa menjadi jebakan bagi mereka yang sedang goyah dalam rumah tangga.

Menurut psikolog hubungan, perilaku seperti ini sering dipicu oleh kebutuhan validasi diri dan rasa tidak puas dalam hubungan pernikahan.

“Kadang seseorang hanya ingin merasa diperhatikan. Tapi ketika perhatian itu datang dari orang yang salah, dampaknya bisa fatal,” ujarnya.

Fenomena playing victim atau berpura-pura menjadi korban juga makin sering muncul di era media sosial. Pelaku perselingkuhan digital seperti Dina kerap membenarkan tindakannya dengan alasan emosional: suami tidak peka, hidup kesepian, atau merasa tidak dihargai.

Padahal, menurut pakar komunikasi, justru sikap menyalahkan pasangan tanpa introspeksi diri adalah awal dari kehancuran hubungan.

Di dunia maya, citra mudah dimanipulasi. Seseorang bisa tampil seolah korban, padahal sedang menutupi kesalahan yang lebih besar.

Kisah ini seharusnya menjadi cermin bagi banyak pasangan modern: bahwa teknologi bukan penyebab selingkuh, tapi hanya mempercepat prosesnya bagi yang sudah goyah.
Kunci dari hubungan yang sehat tetap sama — komunikasi, empati, dan kejujuran.

Aplikasi seperti Tinder memang menawarkan sensasi baru, tapi juga menyimpan risiko besar. Satu “swipe kanan” bisa jadi awal dari kehancuran rumah tangga yang sudah dibangun bertahun-tahun.

Namun, kisahnya menjadi pengingat nyata: bahwa kesetiaan di era digital bukan hanya tentang tubuh, tapi juga tentang integritas dan batas moral.

Editor : Ifan Jafar Siddik

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network