Ia menambahkan, tanpa kehadiran ahli-ahli muda, keberlangsungan buah nusantara terancam tergusur oleh produk impor. Karena itu, dukungan Kemendagri dianggap krusial.
Wamen Bima Arya memastikan Kemendagri akan ikut mendukung proses rekrutmen mahasiswa baru ABN.
“Untuk rekrut mahasiswa nanti kami dukung dengan surat. Kita akan bahas di Kemendagri. ABN juga dapat berkomunikasi dengan asosiasi seperti APKASI agar proses berjalan optimal,” ujar mantan Wali Kota Bogor dua periode tersebut.
Ia juga menilai dana CSR perusahaan sebagai faktor penting keberhasilan program pendidikan ini.
Ketua Pembina Yayasan ABN, Yusron Aminulloh, menjelaskan bahwa pembukaan perdana ABN akan dimulai pada tahun 2026.
“Tahun pertama kami hanya menerima 100–200 mahasiswa yang diseleksi bersama daerah, agar yang diterima benar-benar memiliki passion di bidang buah-buahan,” paparnya.
Selain praktik menanam dan merawat buah, mahasiswa ABN juga akan dibekali pengetahuan ekspor-impor, manajemen, hingga marketing buah.
Untuk jenjang pendidikan, ABN saat ini membuka program vokasi D3 dan telah bekerja sama dengan beberapa PTN seperti UPN Jawa Timur dan Universitas Airlangga (Unair) untuk pengembangan menuju jenjang S1.
“Sejak penyusunan kurikulum, profesor dari Unair dan UPN telah terlibat langsung,” tambah Prof Reza.
Dalam dialog tersebut, Wamendagri Bima Arya menilai Kota Jombang sebagai pilihan strategis untuk kampus ABN.
“Jombang kota hebat, melahirkan banyak tokoh nasional,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Humas ABN, Rijanto Wicaksono, yang menambahkan bahwa Jawa Timur merupakan salah satu penghasil buah terbesar di Indonesia. Karena itu, keberadaan ABN di Jombang dianggap sangat relevan.
Rijanto juga menilai ABN memiliki potensi besar menjadi mitra strategis Badan Gizi Nasional (BGN).
“Problema buah dari hulu ke hilir akan berdampak pada MBG jika tidak ditata. Beberapa dapur bahkan lebih memilih buah impor. Ini harus diperbaiki ke depan,” tegasnya.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait
