”Tanah ini akan dibebaskan untuk menara masjid. Tempat “ane” nanti di sono belakang masjid,“ ucap Fikri menirukan ucapan ayahnya. Meski telah lama membicarakan lokasi pemakaman, tapi KH Zainuddin MZ pada hari-hari terakhir tidak memberikan isyarat apapun akan meninggalkan keluarganya untuk selama-lamanya.
“Sehari sebelum Ayah meninggal, tidak ada tanda-tanda apapun. Bahkan beberapa jam sebelumnya juga masih segar bugar,” tandas Fikri. Sebab itu, Fikri merasa bagai disambar petir ketika mengetahui ayahnya jatuh pingsan dan meninggal dalam perjalanan ke RS Pertamina Pusat, Jakarta.
Dia menceritakan sebelum meninggal dunia, Zainuddin MZ tiba-tiba jatuh pingsan usai Sholat Subuh saat hendak sarapan. Lalu langsung dibawa ke Rumah Sakit Pusat Pertamina dan masuk ruang UGD. Kemudian, dokter memberitahu kalau Zainuddin MZ sudah meninggal sekira pukul 09.20 WIB.
Fikri Haikal Zainuddin
Dia menambahkan bahwa sebelum meninggal dunia, KH Zaenudin bercita-cita mendirikan pesantren di sekitar masjid yang dibangunnya tersebut. Pasalnya, meski dikenal sebagai ulama besar KH Zainudin belum sempat mendirikan pesantren. Bukan hanya itu, sebelum meninggal KH Zainudin telah membuat desain pesantren yang kelak akan dibangun. Bahkan, dia sempat memberikan pesan agar dalam membangun pesantren tidak mudah menyerah.
“Ayah mempunyai perpustakaan pribadi yang mengkoleksi ratusan kitab kuning serta buku-buku agama. Beliau banyak menghabiskan waktu di sini, banyak membuat konsep yang dipersiapkan untuk ceramah,” katanya. Maklum, ia termasuk orang yang cinta pendidikan. Sejak SD sampai SMA, Zaenudin dihabiskan untuk belajar agama di pendidikan Darul Maarif Jakarta yang didirikan oleh Idham Chalid, tokoh NU sekaligus pendiri PPP.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta