JAKARTA, INews.id - Direktur Eksekutif Trust Indonesia, Azhari Ardinal menyatakan posisi Prabowo Subianto saat ini sangat dilematis. Pasalnya, meski terus berada dalam tren yang baik, pada simulasi tunggal 3 calon Presiden, elektabilitas Prabowo justru selalu berada di bawah Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
“Meski punya tren bagus, tetapi elektabilitas Prabowo selalu yang terbawah. Ini mengandaikan bila memang pemilu terjadi dengan 3 poros Capres, Prabowo bakal cenderung gagal di putaran pertama,” kata Azhari dalam keterangan tertulis yang diterima iNewsBogor.id Kamis (4/5).
Menurut Azhari, dalam temuan survei Trust Indonesia yang berlangsung pada awal Februari lalu, elektabilitas Prabowo masih berada pada kisaran 24,3 persen. Angka tersebut jauh tertinggal dari Ganjar Pranowo yang mendapatkan elektabilitas sebesar 28,5 persen dan Anies Baswedan yang justru memiliki elektabilitas 29,2 persen.
Dalam simulasi tersebut, saat dipasangkan berhadapan (head to head) dengan Anies Baswedan, nama Prabowo kalah tipis. Prabowo hanya mendapat pilihan responden sebanyak 35,6 persen sementara Anies berhasil meraih dukungan responden sebesar 37,1 persen. Namun demikian, saat nama Prabowo diadu dengan Ganjar Pranowo, Ketua Umum Pembina partai Gerindra tersebut justru berhasil unggul. Elektabilitas Prabowo tercatat unggul sejauh 5,2 persen dari Ganjar.
“Itu artinya Prabowo potensial menang jika berhadapan dengan Ganjar. Jadi jika Prabowo jadi Capres dan berhadapan dengan Ganjar, dia akan memenangkan Pilpres. Mas Prabowo tidak boleh khawatir ketika jadi Capres,” ujarnya.
Karena itu, jika Prabowo hanya menjadi cawapres, Azhari pun mengingatkan kekecewaan yang akan muncul dari internal dan akar rumput partai Gerindra bila pilihan tersebut dilakukan. Alasannya, lewat keputusan Rapimnas 2022 lalu, mayoritas kader memang sudah menginginkan Prabowo menjadi calon Presiden.
“Akan ada kekecewaan yang besar bagi kader bila Prabowo hanya jadi Cawapres. Dan, tentu saja, fase kekecewaan itu akan berdampak pada semangat juang kader dalam menghadapi pemilu 2024,” jelas dia.
Akan tetapi, jika menjadi Cawapres Ganjar, partai Gerindra tentu juga akan mendapatkan insentif suara yang diberikan Ganjar. Manfaat tersebut utamanya bakal terjadi di daerah pemilihan Jawa Tengah yang memang menjadi lumbung suara Ganjar Pranowo.
“Tetap ada plus-minusnya. Kalau jadi Cawapres Ganjar, minimal partai Gerindra dapat insentif dari popularitas Ganjar di Jawa Tengah,” kata dia.
Azhari meyakini jauh lebih baik bagi Prabowo untuk memilih opsi sebagai Capres berpasangan dengan Anies atau menjadi Cawapres berpasangan dengan Ganjar. Menurut Azhari, opsi tersebut tampak lebih menguntungkan Prabowo ketimbang membentuk poros koalisi yang berhadap-hadapan dengan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
“Opsinya memang demikian. Lebih Baik Jadi Capres Anies atau Cawapres Ganjar. Prabowo sulit menang jika menjadi Capres melalui poros koalisi politik ketiga,” tuturnya.
Editor : Furqon Munawar