“Karena itu, wajar bagi kami, bila sosok Menteri yang ingin jadi Capres-Cawapres mulai curi start melakukan kampanye. Mereka butuh effort yang lebih besar ketimbang Ketum Partai dan Kepala Daerah untuk mengumpulkan suara. Mereka akan lebih sering turun kampanye,” jelasnya.
Meskipun demikian, Trust Indonesia tetap mengingatkan duet Kepala Daerah–Ketum Partai untuk tetap menjaga basis suara yang dimiliki. Pasalnya, Pilpres seringkali menjadi medan pertarungan gagasan ketimbang sekedar urusan persoalan loyalitas belaka. Azhari pun mengingatkan kondisi Pilpres 2004 yang secara umum menegaskan sikap pemilih yang mengabaikan faktor loyalitas terhadap ideologi, dan cenderung memilih Capres-Cawapres yang menawarkan gagasan paling rasional.
“Terbukti pada pilpres 20 tahun lalu, pasangan Mega-Hasyim kalah melawan pasangan SBY-JK yang notabenenya pasangan baru. Selain karena SBY-JK merupakan Ketum Partai, alasan lainnya adalah soal gagasan pembangunan yang ditawarkannya kepada masyarakat dianggap jauh lebih baik dan lebih rasional ketimbang figur lainnya,” tutur Azhari.
Editor : Furqon Munawar