get app
inews
Aa Read Next : Komisi XI DPR RI: Insentif Fiskal dalam UU HKPD Jadi Solusi atas Pajak Hiburan 40-75%

Pajak Diskotek Hingga Karoke 40-75%, Komisi XI: Jenis Hiburan Ini Hanya Dijangkau Kalangan Tertentu

Kamis, 18 Januari 2024 | 10:29 WIB
header img
Wakil Ketua Komisi XI DPR dari Fraksi PKB, Fathan Subchi.

JAKARTA, iNewsBogor.id – Pemerintah menetapkan tarif pajak hiburan atas pajak barang dan jasa tertentu (PBJT) naik menjadi minimal 40 persen dan maksimal 75 persen.

Ketentuan ini diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor 1/2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (HKPD). Berdasarkan aturan ini, ada lima jenis usaha hiburan yang menjadi objek PBJT, antara lain, diskotek, klab malam, karoke, mandi uap hingga spa.

Wakil Ketua Komisi XI DPR dari F-PKB, Fathan Subchi mengatakan, alasan menetapkan batas bawah 40 persen dan batas atas 75 persen untuk lima jenis usaha hiburan ini adalah bahwa jenis hiburan tersebut sangat segmented atau hanya dijangkau oleh kelompok dengan pendapatan di atas rata-rata.

“Jadi perlu menetapkan batas bawah untuk menghindari persaingan yang tidak sehat bagi pebisnis hiburan tersebut,” ucap Fathan saat dikonfirmasi iNews.id, Rabu (17/1/2024).

Fathan menjelaskan, UU HKPD memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah (Pemda) untuk memperluas jangkauan penerimaan daerahnya masing-masing.

Pemda juga memiliki kewenangan untuk memberlakukan tarif PBJT atau tidak pada lima jenis usaha yang menjadi objek pajak, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (2) UU HKPD.

Beleid pasal tersebut menyebut PBJT dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai, serta daerah dapat menetapkan untuk tidak memungut pajak hiburan namun dengan syarat menerbitkan Peraturan Daerah (Perda).

“Maksudnya dari tidak dipungut adalah dikarenakan potensinya sangat kecil dan perlu di-support agar bisnis hiburan tersebut mampu berkembang diawali dengan harga yang terjangkau, sehingga mampu menarik minat pengunjung,” ucap Fathan.

“Namun jika pemda ingin menetapkan aturan tidak memungut pajak maka perlu diterbitkan Perda mengenai pajak dan retribusi sebagai kepastian dasar hukum/aturan.”

Pemberlakuan pajak hiburan ini, lanjut Fathan, didasarkan pada wilayah masing-masing.

Komisi XI juga akan melakukan pengawasan atas praktek dari penerapan pajak hiburan ini.

“Jadi sangat tergantung bagaimana kepala daerah melihat situasi pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata dan hiburan, yang mana satu daerah dengan daerah lain pasti berbeda. Perlu diingat bahwa angka 75% adalah batas atas bukan harus naik menjadi 75%,” tuturnya.

Komisi XI juga mencermati masifnya aksi protes dari asosiasi wellness & spa, serta sejumlah pesohor seperti Inul Daratista dan Hotman Paris, terkait dengan kenaikan tarif pajak hiburan ini.

Fathan mengatakan, Komisi XI mengagendakan untuk memanggil para pelaku usaha hiburan untuk mencari solusi.

“Kami dapat memahami bagaimana para pelaku usaha hiburan menyikapi kebijakan ini, pastinya kita perlu mendengar dan mengakomodir apa yang sekiranya menjadi keberatan bagi pelaku bisnis hiburan ini,” pungkas Fathan.

Editor : Furqon Munawar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut