"Dari informasi yang kami dapat, pertemuan Jokowi dengan calon Ketum Golkar bahkan sudah digelar di Jogja beberapa hari sebelum Pemilu. Setelah pertemuan itu, dukungan Jokowi cenderung diberikan untuk Bahlil. Figur Bahlil juga dianggap Jokowi bisa diterima oleh semua kalangan di Golkar,” ujarnya.
Sementara itu, Azhari menegaskan posisi Airlangga Hartarto yang kini menjadi Ketua Umum Partai Golkar bukanlah figur yang didukung Jokowi. Pasalnya sebagai figur senior di Partai Golkar, ungkapnya, Jokowi agak lebih sulit mengatur Airlangga jika dirinya tidak lagi menjadi Presiden. Ayah Kaesang tersebut memang lebih nyaman mendukung figur Bahlil yang selama ini memang sudah banyak berutang budi pada Jokowi.
"Saya kira hitung-hitungan politiknya jelas. Jokowi akan memilih menjagokan Bahlil ketimbang Airlangga. Apalagi bagi Airlangga sendiri, saat ini lebih penting bersikap loyal pada Prabowo Subianto yang akan menjadi Presiden dalam pemerintahan mendatang, ketimbang Jokowi,” ujarnya.
Selanjutnya, penguasaan partai Golkar justru akan menjadi penentu dominasi politik Jokowi atas Prabowo. Sebab, jika mampu menguasai Golkar, maka Jokowi dapat dipastikan sudah menguasai hampir setengah jalan untuk mengintervensi dan mempengaruhi kekuasaan Prabowo-Gibran.
Editor : Furqon Munawar