BOGOR, iNewsBogor.id - Bentrokan antara warga Kampung Ciwaringin dan sekelompok preman terjadi di Pasar Tumpah, Jalan Merdeka, Bogor Tengah, pada Minggu (5/10) dini hari. Insiden ini dipicu oleh ketidakpuasan warga terhadap lambatnya proses relokasi pedagang di pasar tersebut.
"Tiga hari yang lalu, Satpol PP sudah memberi imbauan dan memasang spanduk larangan berjualan di Jalan Merdeka, tetapi hingga malam tadi sebagian pedagang masih saja berjualan," ujar Hasan, salah seorang warga Ciwaringin kepada wartawan.
Menurut Hasan, awalnya warga datang ke lokasi hanya untuk mengingatkan para pedagang agar mematuhi larangan tersebut. Namun, kehadiran sekelompok orang yang diduga preman memicu keributan karena mereka mencoba menghalau warga.
"Kejadiannya sekitar jam 2 pagi. Mereka (preman) membawa besi dan membubarkan warga yang datang, sehingga sempat terjadi keributan cukup lama," jelasnya.
Hasan menambahkan, keributan antara warga dan preman tidak terhindarkan. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
"Saat polisi dan aparat gabungan datang, mereka (preman) sudah kabur. Jadi seperti film India saja, polisi datang setelah semuanya bubar. Harusnya ada posko pengamanan di lokasi supaya pedagang dan preman tidak kembali lagi," ujar Hasan.
Premanisme dan Pungli Masih Marak
Hasan menyatakan keributan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan warga terhadap keberadaan preman yang mengelola pedagang di Pasar Tumpah Jalan Merdeka. Bahkan, dalang premanisme tersebut, yang disebut bernama Jufri, masih bebas berkeliaran.
"Tadi malam, saya melihat beberapa preman, mereka yang mengatur para pedagang berjualan di lokasi tersebut. Mereka menggunakan bangunan yang sebenarnya sudah disegel oleh Pemkot dan tidak diperbolehkan untuk pasar. Namun, segel itu dibongkar, dan spanduk larangan jualan dicopot semua," ungkapnya.
Hasan juga mengatakan beberapa pelaku yang sempat ditangkap polisi sebelumnya terlihat kembali di lokasi. Diduga, para pelaku tidak dikenakan tindakan tegas oleh pihak berwenang.
"Yang kemarin ditangkap saja ternyata dilepas lagi. Tadi malam saya lihat mereka di lokasi," ujarnya.
Hasan menduga para pelaku yang sempat diamankan hanya diminta membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya, tanpa ada tindakan tegas lebih lanjut.
"Artinya tidak ada ketegasan dari aparat penegak hukum terhadap premanisme di lokasi itu," keluh Hasan.
Warga Desak Pembentukan Posko Pengamanan
Hasan mendesak agar aparat penegak hukum segera mengambil tindakan nyata, salah satunya dengan membangun posko pengamanan di Pasar Tumpah Jalan Merdeka dan Pasar Mawar.
"Harus ada posko di dua titik, baik di Pasar Tumpah Merdeka maupun Pasar Mawar, supaya pedagang yang sudah direlokasi ke Pasar Mawar tidak diintimidasi oleh preman untuk kembali berjualan di jalan. Pedagang yang bertahan juga seharusnya menghormati surat edaran yang dikeluarkan oleh aparat, bukan malah tetap nekat berjualan di situ," tegasnya.
Menurut Hasan, keberadaan posko pengamanan akan membuat warga merasa lebih aman dan nyaman, karena preman dan pedagang yang masih berjualan tidak akan berani kembali ke lokasi tersebut.
"Warga tidak setuju dengan keberadaan pasar di Jalan Merdeka karena memunculkan aksi premanisme yang meresahkan," tambahnya.
Hasan juga menyebutkan bahwa posko pengamanan tersebut dapat menjadi upaya pencegahan terhadap aksi premanisme, mengingat lokasi pasar tersebut berada di tengah kota Bogor yang berdekatan dengan Istana Presiden.
"Seharusnya, masalah ini bisa dicegah dengan membangun posko gabungan pengamanan dan menangkap dalang premanisme yang mengelola pasar tersebut yang sudah beroperasi lebih dari 20 tahun," tutupnya.
Editor : Ifan Jafar Siddik