get app
inews
Aa Read Next : PKS Tanggapi Penolakan Gelora Soal Rencana Gabung Koalisi Prabowo

Kisah Letnan Sudaryanto, Komandan Tempur Kopassus Gugur di Medan Perang Timtim

Sabtu, 14 Agustus 2021 | 10:28 WIB
header img
Komandan Unit C Pasukan Nanggala 10 Lettu Inf Sudaryanto gugur dalam baku tembak dengan musuh di Timtim pada 1976. (Foto: ilustrasi/Pen Kopassus).

JAKARTA, iNews.id – Lettu Inf Sudaryanto bertempur gagah berani saat operasi di Timor Timur. Dia gugur tertembak peluru musuh dalam sebuah baku tembak di kegelapan malam. 

Kisah itu bermula pada 1976. Lettu Sudaryanto menjadi Komandan Unit C Pasukan Nanggala 10. Dia berada di garis depan operasi memburu gerombolan Fretilin. 

Kariernya dimulai dari Tamtama. Setelah menyelesaikan pendidikan di Secaba dan Secapa, kariernya terus naik hingga menembus pangkat letnan satu. 


Kapten Anumerta Sudaryanto. (Foto: iNews.id).

 

Dalam operasi tersebut, salah satu anggota timnya yakni Prabowo Subianto. Semula Prabowo belum masuk Unit C. Dia diterjunkan ke Timtim sebagai perwira intelijen. 

“Karena banyak kontak tembak dan beberapa perwira kena tembak, saya ditunjuk sebagai Wakil Komandan Unit C,” kata Prabowo dalam buku biografinya, ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengamanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto’, dikutip Sabtu (14/8/2021).

Dia menceritakan, dalam sebuah gerakan, pasukan Sudaryanto menyeberangi sungai untuk merebut ketinggian di atas Kota Maubara. Tetapi pergerakan mereka terendus musuh.

Usai menyeberangi sungai, mereka dihujani tembakan kelompok gerilya. Ketika itu waktu telah menunjukkan pukul 19.00 lebih. Kontak tembak, menurut Prabowo, mungkin berlangsung 10 menit, tetapi terasa sangat lama.

“Ternyata Letnan Sudaryanto tertembak karena dia berada di barisan paling depan dalam kontak tersebut. Letnan Sudaryanto meraung-raung di antara musuh dan garis kita,” tutur Prabowo.

Mantan Pangkostrad ini melanjutkan, Unit C terpukul mundur beberapa meter. Mereka bertahan dalam sebuah parit. Sudaryanto yang terluka tembak memanggil anak buahnya.

Prabowo memutuskan dirinya yang merayap untuk membawa Sudaryanto dari garis depan. Meski sangat berbahaya karena musuh masih ada dan terus memberondongkan tembakan, Prabowo tak mau mengecewakan komandannya.

“Waktu itu sudah gelap gulita, tetapi kalau Beliau tidak diambil, berarti kami mengecewakan komandan dan moral pasukan turun,” ucap mantan Danjen Kopasus ini.

Menurut Prabowo, dirinya berusaha sekuat tenaga untuk menarik Sudaryanto. Namun tubuh komandannya terasa sangat berat sehingga dia pun kuwalahan. Beberapa prajurit lain akhirnya turut merayap dan membantu membawa Sudaryanto ke garis belakang.

Prabowo segera melaporkan ke pimpinan situasi yang terjadi. Namun karena situasi gelap, tidak ada heli yang turun.

Editor : Zen Teguh

Follow Berita iNews Bogor di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut