"Tiga keywords (kata kunci) ini bisa diturunkan berbagai macam aktivitas, kegiatan, diskusi sebagai rangkaian Festival HAM. Punch poinnya kota inklusi mimpi Kota Bogor berangkat menuju itu," imbuhnya.
Terkait konsep umum kegiatan, dia menginginkan nuansanya berbeda, tidak elitis, agar semua yang terlibat merasa memiliki acara ini. Tak hanya itu, Bima Arya ingin Festival HAM ini benar-benar melihat praktek-praktek atau hal yang membanggakan itu langsung di lapangan, bukan lewat video yang bisa di set up.
"Kita lihat langsung di lapangan bagaimana praktek keseharian itu. Konsep keseluruhan partisipatif. Kita desain acara di lapangan, seperti di kampung tematik Mulyaharja dan kampung Labirin di Suryakencana," katanya.
Bima Arya pun memberikan usulan lain, agar partisipasinya terasa kental, peserta menginap di homestay, menggelar lomba karya tulis bagi mahasiswa terkait isu-isu HAM dan mengusulkan adanya pawai budaya di Suryakencana. Dia optimis jika digelar di penghujung tahun, pandemi sudah mulai mereda, semua akan jauh lebih baik dan suasana pawai budaya bisa seperti helaran.
"Saya harap kesan partisipatif ini tergambar dari seluruh kegiatan, tentunya Kota Bogor harus bisa menjadi showcase dari tema yang kita usung," tegasnya.
Sementara itu, Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara mengatakan, rapat koordinasi ini untuk mempersiapkan Festival HAM yang akan digelar di Bogor November 2022 mendatang. Beberapa hal dibahas termasuk tema besar dari festival HAM yang ingin mendorong inklusivitas, penghormatan pada keberagaman serta mempersiapkan Festival HAM ini sebagai kegiatan internasional bukan hanya kegiatan di level nasional.
"Konsep dari pak wali kota bagus dan akan diperkuat dengan ide dan konsep dari Komnas HAM, Infid dan KSP, karena Festival HAM di Kota Bogor harus jadi milik masyarakat, bukan hanya aktivis atau pejabat saja. Jadi partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk harus diberi ruang yang cukup," katanya.
Editor : Hilman Hilmansyah