Ciptakan Budaya Sehat, Keluarga SIGAP Jadi Garda Depan Perlindungan Anak.

Diprakarsai oleh Gavi, Unilever Lifebuoy, dan The Power of Nutrition, program ini memberdayakan kader-kader lokal untuk memastikan tidak ada anak Indonesia yang tertinggal.
Keberhasilan Keluarga Sigap telah memicu diskusi penting tentang keberlanjutan. Dalam sebuah forum yang diselenggarakan awal tahun ini-yang menghadirkan perwakilan dari berbagai kementerian dan lembaga-dampak positif dan potensi perluasan program ini menjadi sorotan.
Salah satu hal penting yang dapat diambil dari diskusi tersebut adalah peran strategis dana desa dalam mempertahankan dan memperluas inisiatif Sigap di tingkat lokal.
Sappe M.P. Sirait, Analis Kebijakan Ahli Madya di Kementerian Desa, menekankan bahwa peraturan yang ada saat ini memungkinkan dana desa digunakan untuk mendukung layanan dasar kesehatan skala desa termasuk stunting.
“Kader-kader desa dapat dilatih untuk layanan dasar kesehatan dengan menggunakan dana tersebut. Permendesa PDT No. 2/2024 difokuskan antara lain untuk penanganan kemiskinan ekstrim dan ketahan pangan," ujarnya.
Eppy Lugiarti, Analis Kebijakan Ahli Madya/Kepala Kelompok Kerja Pelayanan Kesehatan, Direktorat Pembangunan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan, menyatakan bahwa bimbingan dari pemerintah daerah sangat penting.
Menurut dia arah pembangunan desa selaras dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Sehingga program Keluarga Sigap pada dasarnya sejalan dengan program kesehatan dan target-target yang ingin dicapai sebagai bagian dari tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Hal itu dituangkan dalam Peraturan Menteri Desa Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
"Dengan pengawasan yang tepat dan integrasi ke dalam peraturan daerah, SIGAP dapat menjadi solusi jangka panjang, tidak hanya untuk stunting tetapi juga untuk tantangan kesehatan yang lebih luas," bebernya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta