Ribuan Pohon Ditanam di Hulu Cisadane, Langkah Nyata Selamatkan Sumber Air dan Cegah Lahan Kritis
BOGOR, iNewsBogor.id – Upaya menjaga keberlanjutan sumber daya air dan mencegah lahan kritis di kawasan Jawa Barat terus digencarkan. Forum Koordinasi Pengelolaan Cisadane Hulu (FKPCH) bersama sejumlah pihak melakukan aksi nyata melalui penanaman ribuan pohon di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane Hulu, Kabupaten Bogor.
Kegiatan ini menjadi simbol kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan pelaku usaha dalam menjaga keseimbangan ekosistem hulu–hilir. Pelestarian daerah tangkapan air di wilayah ini dinilai krusial untuk memastikan ketersediaan air bagi kehidupan dan mendukung program ketahanan lingkungan nasional.
“Penanaman pohon di kawasan hulu merupakan komitmen kami untuk mengembalikan lebih banyak air daripada yang digunakan. Melalui aksi konservasi, pembangunan rorak, dan sumur resapan, kami ingin memastikan sumber air tetap lestari bagi generasi mendatang,” ujar salah satu perwakilan sektor swasta yang terlibat dalam kegiatan ini, Sabtu (1/11/2025).
Ia menambahkan, pelibatan masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan konservasi jangka panjang.
“Hanya dengan kolaborasi, dampak pelestarian lingkungan dapat dirasakan lebih luas,” ujarnya.
Sementara itu, anggota Forum Koordinasi Pengelolaan Cisadane Hulu, Rameni, menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi nyata dari Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2022 tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
“Forum ini melibatkan semua unsur, mulai dari pemerintah daerah, masyarakat, akademisi hingga pelaku usaha. Kami mengajak seluruh perusahaan di Kabupaten Bogor untuk turut menjaga kawasan hulu, karena jika hulunya baik, maka hilirnya pun akan terjaga,” jelasnya.
Dari sisi organisasi masyarakat sipil, perwakilan LSM Rekonvasi Bhumi, N.P. Rahadian, menilai keberhasilan konservasi tidak bisa dilepaskan dari kesejahteraan masyarakat.
“Konservasi tidak akan berkelanjutan tanpa pemberdayaan ekonomi masyarakat. Karena itu, pendekatan lanskap terpadu harus menyeimbangkan aspek ekologi dan sosial ekonomi,” ujarnya.
Sebagai bagian dari program berkelanjutan, saat ini dijalankan inisiatif Pangrango–Halimun–Salak (PAHALA) — sebuah kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Bogor, Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV), dan Rekonvasi Bhumi. Program ini difokuskan pada pemulihan DAS Cisadane Hulu melalui praktik pertanian regeneratif dan agroforestri.
Dalam program ini, lebih dari 100 hektare lahan telah dikelola dengan melibatkan 600 petani, termasuk 55 petani unggulan. Sebanyak 9.000 bibit tanaman produktif telah ditanam dan enam lahan percontohan (demoplot) dibangun sebagai pusat pembelajaran konservasi berbasis komunitas. Selain itu, terbentuk 10 unit usaha masyarakat yang menciptakan lebih dari 60 lapangan kerja baru.
Untuk menjamin keberlanjutan, program ini juga menerapkan skema Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), di mana masyarakat di kawasan hulu menerima insentif karena menjaga fungsi ekosistem DAS. Skema ini diharapkan menjadi model kolaborasi hijau yang dapat direplikasi di berbagai wilayah Indonesia.
Selain aksi penghijauan, kegiatan ini juga terintegrasi dengan program akses air bersih dan sanitasi (WASH) yang telah memberikan manfaat bagi lebih dari 500.000 penerima manfaat di seluruh Indonesia. Program tersebut mencakup pembangunan sarana air bersih, edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta penguatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan fasilitas air dan sanitasi secara mandiri.
“Pendekatan konservasi harus selaras antara menjaga sumber daya air dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini bukan hanya tentang menanam pohon, tetapi menanam harapan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan,” tutup Rahadian.
Dengan kolaborasi lintas sektor yang kuat, kawasan Cisadane Hulu diharapkan menjadi model pengelolaan daerah aliran sungai yang berkelanjutan di Indonesia — di mana pelestarian lingkungan berjalan seiring dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar.
Editor : Ifan Jafar Siddik