JAKARTA, iNews.id - Letda Ckm Jason Antoni Wibowo adalah perwira muda di lingkungan TNI AD Kecabangan Kesehatan. Sebelum bergabung dengan TNI AD, pria kelahiran 13 November 1993 ini menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Internasional. Tak tanggung-tanggung, program kembaran atau double degree diambilnya.
Jason memilih jalan untuk menjadi bagian dari TNI AD. Alasannya hanya satu, yaitu mengabdi kepada negara menjadi dokter militer.
Nah, selepas lulus S-1 Jason langsung mengambil S-2 bergelar Master of Research Newcastle, Inggris dengan konsentrasi stem cell pada berbagai bidang prinsip ilmu spesialisasi kedokteran.
Ayah Jason bernama Sugiharto, merupakan keturunan Jawa, sedangkan sang ibu, Elisa Sinaga dari keturunan Jakarta-Tionghoa.
"Saya menjalani program S-2 dari program S-1 FKUI Internasional, jadi di situ double degree, selain saya dapat gelar dokter umum dari S-1 Internasional FKUI saya juga menamatkan S-2 Master of Research dari Newscastle University Inggris. Di sana mengambil major stem cell," kata Jason dalam tayangan video TNI AD dikutip Kamis (23/9/2021).
Karier kedokterannya dimulai ketika dia mendapatkan kesempatan magang bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes). RSUD SK Lerik Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi tempat pertama pengabdiannya kepada masyarakat sebagai dokter.
Kisahnya kepincut dengan TNI AD bermula saat dirinya menggelar bakti sosial di Wini, NTT bersama Yonif 715/Motuliato yang mengamankan daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste. Di sana, digelarlah operasi mata katarak gratis.
"Dari situ saya melihat bahwa TNI AD ini memiliki korps kesehatan yang besar, mereka dapat menaungi dokter-dokter dan nakes untuk bisa berkembang, di situ saya tertarik mengapa tidak saya dokter sipil juga bergabung ke TNI AD," tuturnya.
Menurut dia, dengan menjadi bagian dari TNI bisa membuatnya memperluas pengabdiannya kepada masyarakat. Selain itu, daerah-daerah yang terpencil dan tak terjangkau bisa diraihnya.
Sebelum memutuskan itu, Jason menyebut bahwa dia sempat berkonsultasi dengan beberapa dokter militer yang sebelumnya telah ditemuinya ketika menggelar operasi katarak gratis. Baik suka maupun duka disampaikan oleh para dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Jason.
Jason sadar, yang disampaikan oleh para dokter memang bukan hal yang manis-manis saja, melainkan ada pula kesulitannya. Tapi Jason tak ambil pusing, bagi dia, hal itu cukup dijadikan pelecut semangatnya, karena kalau sudah berkomitmen apa pun dapat dilalui.
"Saya banyak berkonsultasi dengan dokter waktu saya baksos di Wini NTT sana. Lalu kami bertukar pengalaman, dari sana saya mulai tertarik. Ya memang diceritakan ada suka mau pun dukanya tapi saya anggap itu semua bagian perjalanan dari karier saya. Kalau kita sudah bertekad, berkomitmen apapun yang kita hadapi pasti bisa kan kita lewati," katanya.
Akhirnya, Jason membulatkan tekad untuk mendaftarkan diri menjadi Perwira Prajurit Karier TNI AD. Setelah beragam macam proses dilaluinya, Jason berangkat ke Akademi Militer Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah.
Selama tujuh bulan lamanya dia digembleng dengan hal berbau kemiliteran. Selepas mengenyam pendidikan di sana, Jason belajar tentang kecabangan kesehatan di Pusdikkes selama lima bulan.
Di sana Jason dikenalkan dan belajar banyak hal, mulai dari batalyon kesehatan, peran-peran dokter militer, hingga peran Komandan Pleton kesehatan. Semuanya dia pelajari dari mulai tingkat Batalyon hingga rumah sakit jajaran TNI AD.
"Kami juga belajar juga tentang struktur organisasi, dan lain lain, banyak hal yang dipelajari khususnya di bidang kesehatan militer," ucapnya.
Seluruh proses yang dilaluinya itu cuma bermuara pada satu harapan, yakni pengabdian kepada negara yang disebutnya sebagai Indonesia tercinta. Menurut dia, pengabdian itu mampu tercapai melalui TNI AD.
"Harapan saya tentunya bisa untuk mengabdi kepada negara indonesia tercinta, bisa mengabdi kepada masyarakat untuk pengabdian profesi dokter saya. Dan saya bisa menjangkau masyarakat di Indonesia, dengan TNI saya yakin itu semua bisa," katanya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta