JENDERAL TNI LB Moerdani selaku Panglima ABRI sempat melempar Baret Merah yang diberikan Danjen Kopassus Brigjen TNI Sintong Panjaitan untuk dikenakannya.
Situasi saat itu menegangkan dan disaksikan KSAD Jenderal Try Sutrisno, Wakil KSAD Letjen Edi Sudrajat dan Wakil Komandan Kopassus Kolonel Kuntara yang berada di ruang kerja Komandan Kopassus.
Ini adalah salah satu kisah menarik untuk diketahui. Kisah diawali ketika itu Benny Moerdani menjabat Panglima ABRI yang kini disebut Panglima TNI.
Pada tahun 1985 lalu, Benny Moerdani ingin memberikan anugerah gelar Warga Kehormatan Baret Merah kepada Yang Di-Pertuan Agung Malaysia, Sultan Iskandar di Markas Kopassus Cijantung. Untuk merealisasikan pemberian Baret Merah, Benny memintahkan Brigjen TNI Sintong Panjaitan selaku Komandan Jenderal Kopassus.
Komandan Kopassandha Brigjen TNI Sintong Panjaitan memberikan ucapan selamat kepada para siswa yang lulus dalam pendidikan komando di Pantai Permisan, Nusakambangan, Cilacap. Foto/Buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando
Komandan Kopassandha Brigjen TNI Sintong Panjaitan memberikan ucapan selamat kepada para siswa yang lulus dalam pendidikan komando di Pantai Permisan, Nusakambangan, Cilacap. Foto/Buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando
Sebelum upacara dimulai, Benny didampingi Sintong, KSAD Jenderal Try Sutrisno, Wakil KSAD Letjen Edi Sudrajat dam Wakil Komandan Kopassus Kolonel Kuntara menunggu di ruang kerja Komandan Kopassus. Ketika sedang berbincang-bincang, Sintong memberikan Baret Merah kepada Moerdani.
"Ini Baret Merah Bapak yang akan Bapak pakai dalam upacara nanti," kata Sintong dikutip dalam buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Kamis (18/11/2021).
Benny yang dijuluki Raja Intelijen menerima Baret Merah dengan wajah tidak suka. Kemudian dia tiba-tiba dilempar ke meja di depan Sintong hingga jatuh ke lantai.
Sintong pun mengambil Baret Merah itu dan meletakkannya di meja kerja. Suasana juga spontan berubah menjadi kaku, semua terdiam karena wajah Benny serius dan angker. Try Sutrisno ingin meredakan suasana dengan mengalihkan pembicaraan namun tetap kaku.
Saat Benny keluar dari kamar kecil, Sintong berbicara kepadanya. Dia merasa tersinggung Jenderal Bintang Empat tak sepantasnya membuang Baret Merah.
"Pak Benny tidak dapat dipisahkan dengan Korps Baret Merah. Bapak dikenal sebagai orang pertama Korps Baret Merah. Jadi aneh, kalau Bapak tidak berkenan memakai Baret Merah," kata Sintong yang tidak dijawab Benny.
Benny memang tidak mau lagi memakai Baret Merah. Sebab dia sempat dikeluarkan dari RPKAD yang kini disebut Kopassus.
Ketika itu dia membela anak buahnya yang cacat akibat operasi militer perang kemerdekaan dikeluarkan dari kesatuan. Atas penolakan itu, Benny dipindahkan ke Kostrad.
Kembali kepada upacara Baret Merah tadi, Benny yang mendengar suara sirine tanda tamu datang turun ke bawah bersama Sintong dan Try Sutrisno. Namun saat membuka pintu, dia berteriak kepada ajudannya Lettu Tono.
"Ton! Mana Baret Merah itu tadi? Ambil dulu, nanti marah si Batak ini," kata Benny.
Mengetahui hal itu, Sintong segera lari ke ruang kerjanya dengan diikuti Tono untuk mengambil Baret Merah. Setelah diserahkan, Benny pun memakai Baret Merah. Sintong akhirnya lega.
Usai upacara penghormatan, Benny memanggil Sintong. "Saya sudah berjanji kepada diri sendiri bahwa saya tidak akan memakai Baret Merah lagi setelah mereka mengusir saya dari Cijantung. Tiga jam setelah saya menerima perintah keluar dari RPKAD, saya sudah meninggalkan Cijantung," kata Benny kepada Sintong.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait