BOGOR, iNewsBogor.id - In the Name of God: a Holy Betrayal baru-baru ini ramai diperbincangkan di jagat media sosial. Serial ini merupakan Docuseries berdasarkan kisah nyata mengerikan dari empat pemimpin kultus di Korea yang mengaku sebagai tuhan.
Docuseries ini mengungkap sisi gelap dari kepercayaan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Docuseries yang rilis pada Jum'at, 3 Maret 2023 ini disutradari oleh Cho Sung Hyun. Sosok sutradara yang terkenal dengan program serial dan produser dokumenter di MBC tersebut berbagi bagaimana rasanya membuat docuseries ini.
Ide membuat film dokumenter ini berawal karena dia mengenal banyak orang yang terpengaruh oleh kultus.
Setelah bertahun-tahun mempelajari dan mengamati kultus ini, dia mengusulkan untuk membuat dokumenter tentang mereka ke Netflix. Adegan pertama docuseries ini memperlihatkan cuplikan wawancara dengan Maple, seorang korban dari Misi Injil Kristen kultus yang dikenal sebagai JMS atau Providence.
Dalam sepuluh menit pertama seri, penonton dibuat terkejut dengan pengakuannya bahwa dia mendapatkan pelecehan seksual oleh pemimpin Jeong Myeong Seok.
Jeong menjadi salah satu pemimpin sekte sesat yang dibahas dalam serial itu. Ia sempat dipenjara selama 10 tahun karena kasus pemerkosaan terhadap pengikutnya yang perempuan, lalu bebas pada 2018.
Jeong kembali mendekam di penjara. Pada 28 Oktober 2022, Jeong didakwa melakukan pelecehan seksual terhadap dua anggota sektenya yang berasal dari Hong Kong dan Australia.
Seorang anggota asal Hong Kong itu menceritakan Jeong mengaku sebagai Tuhan. Ia juga kerap menafsirkan ajaran Kristen sesuai versinya. Jeong juga kerap menjadikan hubungan seksual sebagai salah satu cara pengampunan dosa. Tak jarang, Jeong melakukan kekerasan seksual dengan alasan memeriksa kesehatan atau supaya Tuhan memberkati.
Menurut sutradara Cho Sung Hyun, terdapat banyak kebenaran yang lebih mengejutkan. Adanya peristiwa tragis yang ditampilkan dalam dokumenter ini hanya 10 persen dari kenyataan.
Dia menyatakan, "Saya sadar ada kontroversi mengenai konten seksual, tetapi yang penting adalah bahwa semua yang dikatakan itu benar. Sulit bagi kami untuk mendengarkan isinya sambil mengumpulkan kesaksian karena ceritanya sangat traumatis. Namun demikian, kami harus mengatakan yang sebenarnya, dan kami hanya mengatakan apa yang perlu diberitahukan yang menurunkan 'level' menjadi sepersepuluh dari kenyataan."
Sutradara Cho Sung Hyun membagikan alasannya kenapa menambahkan rekaman suara kekerasan seksual sebagai adegan pertama pertunjukan. Meskipun penonton akan menganggapnya "mengganggu" dan "sulit untuk didengarkan," dia percaya bahwa anggota JMS akan menonton docuseries karena penasaran—dan dia ingin sepuluh menit pertama menunjukkan kepada mereka, semua yang perlu mereka ketahui tentang kultus dan akhirnya bertanya-tanya, "Apakah dia benar-benar Mesias? "Pemimpin sekte Jesus Morning Star (JMS), Jeong Myeong Seok, menjadi sorotan usai Netflix merilis serial dokumenter soal aliran sesat di Korea Selatan "In The Name of God: A Holy betrayal" awal pekan Maret.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait