Ia juga mengulas berbagai tantangan strategis transportasi nasional, mulai dari meningkatnya volume kendaraan bermotor, keterbatasan layanan di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), hingga pentingnya integrasi antarmoda. Selain itu, Prof. Syaiful menyoroti urgensi penguatan angkutan umum massal, pengembangan kendaraan listrik, serta penerapan konsep Transit Oriented Development (TOD) sebagai pendekatan mobilitas masa depan.
Dengan dikukuhkannya Prof. Syaiful, UIKA Bogor kini memiliki 18 Guru Besar. Berdasarkan data LLDIKTI Wilayah IV Jawa Barat dan Banten, capaian tersebut menempatkan UIKA Bogor dalam jajaran tujuh besar perguruan tinggi swasta dengan jumlah Guru Besar terbanyak di wilayah Jawa Barat dan Banten.
Pencapaian ini menjadi indikator kuat atas konsistensi UIKA Bogor dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, penguatan riset, serta pengembangan akademik yang berkelanjutan.
Sidang Senat Terbuka tersebut turut dihadiri oleh Wali Kota Bogor, perwakilan Kopertais, anggota DPRD Kota dan Kabupaten Bogor, jajaran pimpinan universitas, sivitas akademika, serta mitra dan kolega akademik dari berbagai institusi. Kehadiran para pemangku kepentingan menegaskan peran strategis UIKA Bogor dalam mendukung pembangunan daerah dan nasional melalui pendidikan tinggi.
Momen pengukuhan semakin bermakna ketika Prof. Syaiful menyampaikan ungkapan bakti dan doa kepada almarhum ayahanda dan ibunda tercinta. Ia menegaskan bahwa pencapaian Guru Besar ini bukanlah akhir perjalanan, melainkan amanah untuk terus mengabdikan ilmu melalui pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Pengukuhan Guru Besar ini sekaligus mempertegas komitmen Universitas Ibn Khaldun Bogor dalam membangun perguruan tinggi unggul, berdaya saing nasional, dan berkontribusi nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta solusi kebijakan publik, khususnya di bidang sistem transportasi.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait
