get app
inews
Aa Text
Read Next : Soal Heboh Lelang Kepulauan Widi di Maluku Utara, KKP Tegaskan Tidak Diperjualbelikan!

Serda Usman dan Koptu Harun Prajurit Marinir Sejati, Kirim Surat Sebelum Eksekusi Mati

Sabtu, 30 Oktober 2021 | 09:52 WIB
header img
Sersan Dua (Serda) KKO Usman dan Kopral Satu (Koptu) KKO Harun . (Foto: Dok) 

2 prajurit Korps Komando Operasi atau sekarang bernama Marinir TNI AL yakni Sersan Dua (Serda) KKO Usman dan Kopral Satu (Koptu) KKO Harun namanya tidak akan hilang dalam ingatan dan sejarah begitu saja.

Keberanian dan kehebatan Sersan Dua (Serda) KKO Usman dan Kopral Satu (Koptu) KKO Harun akan menjadi teladan bagi prajurit lainnya bagaimana menjadi Marinir sejati.

Keduanya anggota KKO/Marinir ini  diperintahkan untuk menginfiltrasi Singapura, ketika Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia.  Namun aksi heroik Usman dan Harun berhasil diketahui aparat.

Keduanya ditangkap dalam peristiwa pengeboman Gedung MacDonald dan dijatuhi hukuman mati.

Sebelum menjalani hukuman gantung, keduanya sempat mengirimkan surat terakhir kepada kedua orangtuanya. Surat tersebut berisi permohonan agar keluarga mengikhlaskannya. 

Begini isi lengkap surat keduanya untuk orangtua

 In replying to this letter, please write on the ennelope Number Cond, 215/65 
Name : Osman bin H. Mhd. All. Changi Prison, 16 Oktober 1968. 
Dihaturkan Bunda ni Haji Mochamad Ali Tawangsari. 

Dengan ini anaknda kabarkan bahwa hingga sepeninggal surat ini tetap mendo’akan Bunda, Mas Choenem, Mas Matori, Mas Chalim, Ju Rochajah, Ju Rodiijah + Tur dan keluarga semua para sepuh Lamongan dan Purbalingga Laren Bumiayu. 

Berhubung tuduhan dinda yang bersangkutan dengan nasib dinda dalam rayuan memohon ampun kepada Pemerintah Republik Singapura tidak dapat dikabulkan maka perlu ananda menghaturkan berita duka kepangkuan Bunda + keluarga semua di sini bahwa pelaksanaan hukuman mati ke atas anaknda telah diputuskan pada 17 Oktober 1968 Hari Kamis Radjab 1388. 

Sebab itu sangat besar harapan anaknda dalam menghaturkan sudjud di hadapan bunda, Mas Choenem, Mas Madun, Mas Chalim, Ju Rochajah, Ju Khodijah + Turijah para sepuh lainnya dari Purbolingga Laren Bumiayu + Tawangsari dan Jatisaba sudi kiranya mengickhlaskan mohon ampun dan maaf atas semua kesalahan yang anaknda sengaja maupun yang tidak anaknda sengaja. 

Anaknda di sana tetap memohonkan keampunan dosa + kesalahan Bunda + saudara semua di sana dan mengihtiarkan sepenuh-penuhnya pengampunan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Anaknda harap dengan tersiarnya kabar yang menyedihkan ini tidak akan menyebabkan akibat yang tidak menyenangkan bahkan sebaliknya ikhlas dan bersukurlah sebanyakbanyaknya rasa karunia Tuhan yang telah menentukan nasib anaknda sedemikian mustinya. 

Sekali lagi anaknda mohon ampun + maaf atas kesalahan + dosa anaknda ke pangkuan Bunda Mas Choenem, Mas Matori, Mas Chalim, Ju Rochajah, Ju Pualidi + Rodijah, Turiah dan keluarga Tawangsari Lamongan Jatisaba Purbolingga Laren Bumiayu. Anaknda, Ttd. 
(Osman bin Hadji Ali)

Selain Usman, rekannya Harun juga mengirimkan surat yang ditujukkan kepada kedua orang tuanya. Berikut ini surat terakhir dari Harun bin Said dari Singapura kepada orang tuanya saat-saat sebelum pelaksanaan pidana mati.

Begini isi suratnya:

 Salinan In replying to this letter, please write on the evelope Number Con. 216/65 

Name: Harun Said Tohir Mahadar Changi Prison, 14 Oktober 1968. 
Dihaturkan Yang Mulia Ibundaku Aswiani Binti Bang yang diingati siang dan malam. 

Dengan segala hormat. Ibundaku yang dikasihani surat ini berupa surat terakhir dari ananda Tohir. Ibunda sewaktu ananda menulis surat ini hanya tinggal beberapa waktu saja ananda dapat melihat dunia yang fana ini, pada tanggal 14 Oktober 1968 rayuan ampun perkara ananda kepada Presiden Singapura telah ditolak jadi mulai dari hari ini Ananda hanya tinggal menunggu hukuman yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 1968. 

Hukuman yang akan diterima oleh ananda adalah hukuman digantung sampai mati, di sini ananda harap kepada Ibunda supaya bersabar karena setiap kematian manusia adalah tidak siapa yang boleh menentukan satu-satunya yang menentukan ialah Tuhan Yang Maha Kuasa dan setiap manusia yang ada di dalam dunia ini tetap akan kembali kepada Illahi. 

Mohon Ibunda ampunilah segala dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan ananda selama ini sudilah Ibundaku menerima ampun dan salam sembah sujud dari ananda yang terakhir ini, tolong sampaikan salam kasih mesra ananda kepada seisi kaum keluarga ananda tutup surat ini dengan ucapan terima kasih dan Selamat Tinggal untuk selama-lamanya amin. 

Hormat ananda, Ttd. Harun Said Tohir Mahadar 
Jangan dibalas lagi. Dari/Ananda Harun Said Tohir Mahad 
Alamat di sampul surat. Cond, 216/65 Changi Prison 
Diaturkan kepangkuan S’pura 17 
Ibunda Aswiani Binti Bang. 
Gang 60 no. 11 
Tanjung Priok Jakarta - Indonesia.

Saat tiba di Indonesia, ribuan rakyat menyambut jenazah kedua pahlawan. Mereka memberikan penghormatan terakhir sejak dari Bandara dan sepanjang jalan yang dilalui hingga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. 

Sebagai penghargaan atas jasa dan pengorbanan jiwa raganya pada bangsa dan Negara pemerintah Indonesia menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Sakti dan keduanya diangkat sebagai Pahlawan Nasional, serta dinaikkan pangkatnya, yakni Usman menjadi Sersan Anumerta KKO dan Harun menjadi Kopral Anumerta KKO.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut