WASHINGTON – Beberapa negara menunda dan membatalkan perjalanan dari Afrika Selatan (Afsel) setelah diketahui muncul varian atau mutasi baru COVID-19. Adapun varian virus corona baru tersebut dinamakan Omicron. Virus varian baru ini telah memicu alarm global, pada Jumat (26/11/2021). Sejumlah negara langsung menangguhkan perjalanan dari Afrika Selatan (Afsel), tempat mutasi baru itu ditemukan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, varian B11529 bernama Omicron ini harus mendapat perhatian lebih. Namun, masih butuh waktu berminggu-minggu bagi para ilmuwan untuk sepenuhnya memahami mutasi varian ini. WHO berusaha untuk menentukan apakah Omicron lebih menular daripada varian lain dan apakah vaksin efektif untuk melawannya.
"Sangat penting bahwa tidak ada tanggapan spontan di sini," kata Direktur Kedaruratan WHO, Mike Ryan. Ia memuji lembaga kesehatan masyarakat Afsel karena mengambil varian baru dari virus Corona yang menyebabkan COVID-19.
Menteri Kesehatan Afsel, Joe Phaahla menyebut pembatasan perjalanan "tidak dapat dibenarkan", meskipun ia juga mengatakan studi awal menunjukkan varian baru mungkin lebih menular.
"Varian baru dari virus COVID-19 ini sangat mengkhawatirkan. Ini adalah versi virus yang paling banyak bermutasi yang pernah kita lihat hingga saat ini," kata Profesor Lawrence Young, ahli virologi di Universitas Warwick Inggris, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (27/11/2021).
"Beberapa mutasi yang mirip dengan perubahan yang telah kita lihat pada varian lain yang menjadi perhatian terkait dengan peningkatan penularan dan dengan resistensi parsial terhadap kekebalan yang disebabkan oleh vaksinasi atau infeksi alami," lanjutnya.
Varian ini memiliki protein lonjakan yang secara dramatis berbeda dengan yang ada pada virus Corona asli yang menjadi dasar vaksin, menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris. Ini meningkatkan kekhawatiran tentang bagaimana vaksin saat ini akan berkembang.
"Seperti yang dijelaskan para ilmuwan, (ini adalah) varian paling signifikan yang mereka temui hingga saat ini," kata Menteri Transportasi Inggris, Grant Shapps kepada Sky News.
Kekhawatiran itu memukul pasar keuangan, terutama saham maskapai penerbangan dan lainnya di sektor perjalanan, dan minyak, yang anjlok sekitar USD10 per barel. Amerika Serikat (AS) langsung membatasi perjalanan dari Afsel. Sementara Kanada mengatakan akan menutup perbatasannya dengan negara-negara tersebut, menyusul larangan penerbangan yang diumumkan oleh Inggris, Uni Eropa, dan negara-negara lainnya.
Larangan penerbangan dari Afsel sempat menyebabkan ratusan penumpang dua penerbangan KLM dari Cape Town dan Johannesburg terdampar di landasan selama berjam-jam di Bandara Schipol, Amsterdam, sebelum akhirnya mereka dipindahkan untuk pengujian. Beberapa negara lain termasuk India, Jepang, Israel, Turki, Swiss, dan Uni Emirat Arab juga memperketat pembatasan perjalanan.
Editor : Hilman Hilmansyah