JAKARTA,iNews.id - Salah satu ciri khas Kota Jakarta adalah kulinernya. Suku Betawi adalah warga asli Jakarta yang mempunyai karakter terbuka dengan siapapun juga.
Meski mau menerima dan berinteraksi dengan siapapun juga, masyarakat Betawi masih memegang teguh tradisi, termasuk urusan kuliner.
Salah satu kuliner khas Betawi yang sarat makna adalah “kue satu”. Kue yang terbuat dari kacang hijau ini memiliki tekstur lembut, mudah hancur menjadi perlambang dari suasana batin masyarakat Betawi, yang sedang menjalankan ibadah puasa, agar hatinya tidak mudah tergoda akan hal-hal yang bisa mengurangi nilai ibadah atau membatalkan ibadah puasa itu sendiri.
Tidak hanya itu, kuliner Betawi menjadi kian menarik dari hadirnya sejumlah nama yang terdengar jenaka dan mampu membuat penasaran (magic word). Di antaranya Sayur Belande Kecebur Lumpur, Sayur Bebanci, Nasi Begane, Bubur Ase dan lain sebagainya.
Dari fakta sejarah, makna perlambang, keberagaman, citarasa, penggunaan rempah-rempah Nusantara, penamaan jenaka, kuliner Betawi memiliki nilai jual tinggi yang harus dieksplorasi menyesuaikan dengan zamannya.
Namun sayangnya, masih banyak ragam kuliner Betawi yang berserak, yang keberadaannya hilang tergerus zaman karena tidak ada upaya untuk melestarikannya.
Sejatinya kulinernya yang susah dicari itu memiliki potensi yang sama dengan kuliner Betawi yang telah menjadi ikon. Untuk menggali lebih dalam keberagaman kuliner Betawi digelar talkshow & Cooking Competition: Perayaan Kreativitas & Inovasi “Kuliner Betawi” di Masa Pandemi untuk Milenial Jakarta, Rabu (1/12/2021).
Bagaimana pula kuliner Betawi mampu bertahan dan berinovasi agar kekinian, dan mampu diminati generasi milenial dan generasi Z.
Ketua Penyelenggara Webinar & Cooking Competition, Timur Arif mengatakan, acara ini untuk menghimpun kembali kuliner Betawi yang berserak dalam canvas kuliner dengan mengedepan kreativitas, inovasi dan menyesuaikan zamannya.
“Kami ingin memperkenalkan kuliner Betawi ke generasi milenial yang menjadi konsen sejumlah program kami,” ujar Timur dalam keterangannya, Rabu (1/12/2021).
Menurutnya, kuliner Betawi harus bisa tampil sebagai ikon kuliner, penggerak ekonomi sirkular masyarakat Betawi itu sendiri baik skala UMKM maupun usaha kuliner menengah, yang akan memberi warna baru akan keberagaman kuliner Jakarta.
“Milenial menjadi pangsa pasar potensial karena populasinya yang sangat besar, memiliki penghasilan sendiri, serta memiliki apresiasi yang tinggi terhadap kuliner heritage,” jelasnya.
Timur memaparkan, banyak tantangan yang harus ditaklukan agar kuliner Betawi menjadi ikon Jakarta. salah satunya mampu memenangkan persaingan dari gempuran kuliner dari luar.
Agar tujuan ini bisa terwujud, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, stakeholder dan pelaku usaha UMKM kuliner untuk menghadirkan ragam kreatifitas serta inovasi bercirikan budaya Betawi.
Sementara itu Vice President Operations The Sultan Hotel & Residence Jakarta, I Nyoman Sarya mendukung dan mengapresiasi penuh kegiatan ini. Ia mengatakan Jakarta sebagai pusat bisnis dan pemerintahan berskala internasional, perlu memiliki ciri khas kuliner yang kekinian.
“Selaras dengan itu, ciri khas hidangan makanan dari kami juga selalu mengedepankan cita rasa nusantara. Sehingga event ini menjadi lebih bermakna guna mengangkat dan melestarikan local wisdom kita,” ucapnya.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar