Sejak tahun 2003 hingga 2012 tercatat 6 kali musibah kecelakaan pesawat terjadi di Gunung Salak. Tahun 2003, sebanyak 7 orang tewas dalam musibah jatuhnya helikopter S-58 Twin Pack milik TNI Angkatan Udara. Tahun 2004, pesawat Paralayang JT500 jatuh dan menewaskan 3 orang.
Dua bulan kemudian pesawat Cessna 185 Skywagon juga jatuh dan menewaskan 5 orang. Pada tahun 2008, pesawat Cassa TNI AU A212-200 juga jatuh di Gunung Salak dan menewaskan 18 orang. Setahun berselang tepatnya April 2009, pesawat latih Sundowner menewaskan 3 orang. Terakhir tahun 2012 kecelakaan di Gunung Salak menimpa pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menewaskan paling banyak korban, yakni 45 orang.
Ketika terjadinya kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100, mantan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf mengimbau agar maskapai penerbangan tidak menerbangkan pesawatnya melewati 3 gunung di pegunungan segitiga bermuda karena dianggap jalur berbahaya yang dapat memutus komunikasi pesawat.
Selain itu, cuaca di puncak Gunung Salak juga dikenal sering berubah-ubah secara drastis dan ekstrem. Kondisi inilah yang amat membahayakan apalagi sering terjadi kabut tebal di puncak gunung yang mempengaruhi penerbangan pesawat.
Alasan tersebut membuat pesawat komersil jarang melintas di atas Gunung Salak sehingga biasanya yang melintas adalah helikopter dan pesawat militer. Selain pesawat, bahkan burung yang terbang di tempat sakral tersebut bisa seketika mati mendadak.
Editor : Edi Yulianto