BSimbol tersebut, masih kata Dedie, sebagai penguatan tali persaudaraan, menyatukan segala perbedaan, hingga menjadi simbol kesejahteraan. Kujang bukan menjadi alat untuk membunuh.
"Maka dari itu, generasi muda kita harus mengenal tradisi ini. Tradisi Sunda, Jawa Barat, khususnya Bogor. Kita lestarikan ke depan sebagai bentuk warisan yang non-benda yang terus-menerus kita jadikan pengingat untuk membangun kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.
Untuk itu Dedie berpesan kepada generasi muda agar ikut terlibat dalam pelestarian tradisi ini. Tidak hanya selalu diisi oleh para pupuhu dan kasepuhan saja. Namun harus mampu ditransfer ke generasi muda.
"Sehingga nilai-nilai baik ini juga bisa dimaknai sebagai sebuah semangat. Bahwa tradisi ini bukan terbatas hanya orang-orang tua, tetapi juga untuk generasi muda," jelasnya.
Di lokasi yang sama, Ketua Panitia Acara Ngumbah Kujang, Tjetjep Thoriq menambahkan, tradisi Babakti Ngumbah Kujang ini dilaksanakan oleh budayawan Bogor rutin setiap tahunnya. Pencucian kujang dilakukan selama tujuh hari.
"Dimulai pada tanggal 8 sampai 14 Juni dari jam 08.00 hingga jam 17.00. Ada tiga sumber air yang digunakan untuk mencuci Kujang. Diantaranya dari Cidangiang, Cikahuripan dan Cicalengka,” kata Tjetjep.
Editor : Ifan Jafar Siddik