Pada tahun 2022 pendapatan PT Kimia Farma masih didominasi oleh produk pihak ketiga sebesar Rp 8,40 triliun atau 78,7% dari total pendapatan. Sementara kontribusi pendapatan dari obat ethical mencapai 36,8% atau Rp 3,53 triliun; obat OTC 23,2% atau Rp2,22 triliun, untuk obat generik 19,1% atau Rp 1,84 triliun, alat Kesehatan (alkes) dan jasa lab klinik 19,3% atau Rp1,85 triliun.
Anak usaha Holding yaitu PT Indofarma Tbk (INAF) juga mengalami penurunan 60,6% untuk pendapatan sebesar Rp 1,144 triliun dari tahun 2021. Pada tahun 2022, kontribusi pendapatan terbesar INAF berasal dari produk Ethical 46,5%, FMCG 37,6%, Alkes, & Jasa Klinik 12,2%, OTC 2,1% dan Vaksin 1,6%. Selain itu, pendapatan PT INUKI mencapai Rp 11 miliar turun 52,2% dari tahun 2021.
Wakil Direktur Utama PT Bio Farma, Soleh Ayubi mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan holding adalah penurunan permintaan vaksin dan alat tes diagnostik Covid-19 sejak pertengahan 2022.
Dua kategori produk tersebut mendominasi kontribusi penjualan selama beberapa tahun terakhir. Sejak berdiri, Holding BUMN Farmasi Bio Farma membawa misi untuk mewujudkan ketahanan kesehatan nasional di Indonesia.
Sehingga, ketika Pandemi melanda negeri Bio Farma berkomitmen menjadi garda terdepan dalam memerangi Covid-19. Salah satu upaya adalah memproduksi vaksin Covid-19 agar terdistribusi secara luas di masyarakat sehingga mempercepat pemulihan.
"Mulai tahun 2022, kami berkonsolidasi untuk mendorong penjualan produk non Covid agar maksimal dan di tahun ini kami berharap upaya tersebut lebih membuahkan hasil dengan mencetak angka penjualan sebesar Rp 18,23 triliun untuk produk non Covid," kata Soleh dalam keterangannya, Jumat (23/6/2023).
Editor : Ifan Jafar Siddik