Lebih lanjut Andi menjelaskan, kondisi Bendung Katulampa paling mengkhawatirkan pernah terjadi pada 2015. Di mana saat itu, debit air Sungai Ciliwung yang masuk hanya 1.500 liter per detik.
“Irigasinya cuma 1.200 sampai 1.300 liter. Dibagi-bagi saja sama Ciliwung, untuk penggelontoran, ekosistem dan air baku di PDAM Kota dan Kabupaten Bogor,” jelasnya.
Ia menambahkan, hujan lokal yang mengguyur Kota Bogor beberapa waktu ke belakang, pun tidak mempengaruhi debit air di Bendung Katulampa. Sebab, kenaikan debit air di bendung tersebut dipengaruhi oleh curah hujan di hulu Sungai Ciliwung atau di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.
Sementara itu, Pemkot Bogor melalui Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor memastikan dua sumber air baku, yang didistribusikan kepada ratusan ribu pelanggan Kota Bogor setiap harinya memasuki musim kemarau ini tetap aman. Meski begitu warga khususnya pelanggan Perumda Tirta Pakuan agar tetap menghemat penggunaan air.
Antrian warga saat distribusi air bersih di wilayah terdampak kekeringan di Kota Bogor. (Foto : Istimewa)
"Sampai sejauh ini, real time produksi per jam, baik Ciliwung dan Cisadane kami masih produksi sesuai kapasitas yang ada, meski saya mendapatkan informasi bahwa debit air di Bendung Katulampa sudah 0 centimeter,” kata Direktur Teknik (Dirtek) Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, Ardani Yusuf.
Editor : Furqon Munawar