Dalam penjelasannya, Kyai Jadul menyatakan pentingnya berkebudayaan yang adi luhung, karena sekarang ini diakui atau tidak, masyarakat merasakan dan melakukan kebudayaan yang sudah terpolarisasi akibat aktifitas politik. Oleh karena itu, maka perlu untuk meleburkan polarisasi kebudayaan.
"Ngrumangsani manusia ruhnya dari Tuhan dan jasanya dari alam, makhluk antara. Jadi makna kebudayaan kita per dalam, kita perluas, kita kembalikan kepada akar dimana dulu para leluhur kita itu menggunakan kata - kata budaya ini. Nah, sehingga yang mungkin kita lakukan mengatasi itu adalah mencari atau mengembangkan produk budaya, dengan memaksimalkan prosesnya dan tujuan terjauhnya, memanusiakan manusia" tambah Kyai Jadul Maula.
Sementara itu, duo Merlis To dan Madha Soentoro yang menjadi Front Man Band M-to-M menanggapi rencana manggung bareng antara Lesbumi dan Daulat Budaya Nusantara di Pondok Pesantren Kaliopak pekan depan dengan tema "bermusik tanpa nada dan bergerak tanpa bicara".
"Apik iki Mas, Simponi Senja Titipan, eazy listening buat Gen Z anak anak senja yang hobi ngopi" ujar Merlis To, Komposer Musik yang sudah 20 tahun malang melintang di dunia Orkestra.
"Jeru, dalem banget pesannya Kyai Jadul. Tanggal 10 Februari 2024 itu kan hari terakhir kampanye pemilu 2024. Trus kita buat Simponi Senja Titipan dengan bermusik tanpa nada dan bergerak tanpa kata. Artinya kan menep, mengendapkan nafsu" tambah Madha Soentoro, Komponis yang menjadi belakangan menjadi Dosen di ISI Jogjakarta.
Editor : Furqon Munawar