Hazir juga menyoroti relevansi dari kajian Al-Millah. Ia menekankan, untuk mendapatkan ide atau inspirasi baru, membaca buku lama adalah kunci. Hazir mengutip filsuf besar, Alfred North Whitehead, yang menyatakan bahwa semua filsafat yang dibahas pasca kejayaan Yunani hanyalah catatan kakinya Plato.
"Buku-buku lama memiliki khasiat tersendiri. Ide baru sering muncul saat kita membaca karya-karya klasik," kata Hazir.
Selain itu, Hazir menjelaskan, MaWaRa berusaha menembus batasan-batasan literatur untuk merekonstruksi pemikiran kuno agar relevan dengan kehidupan saat ini. Diskusi mengenai Al-Millah juga penting karena persoalan linguistik yang dianggap Hazir sebagai representasi paling murni dari pemikiran Al-Farabi.
“Bahasa buat saya itu adalah sesuatu yang bukan cuma sekadar kata-kata, tapi bahasa itu adalah perwakilan paling muka. Bahasa bahkan bisa jadi mengalahkan alam pikiran sendiri,” ungkap Hazir.
Hazir menambahkan, Al-Farabi dalam Al-Millah memasukkan konsep dan bahasa baru untuk mempengaruhi alam pikiran kita. “Ketika konsep-konsep baru itu muncul apalagi konsepnya itu dasar, itu akan memberikan perubahan yang serius buat kehidupan kita, buat paradigma kita," katanya.
Editor : Furqon Munawar