"Jadi ketika menjelang siang saat semua pasien di puskesmas dilayani, petugas yang memiliki tugas UKM langsung menyebar turun langsung ke masyarakat. Ada puskesmas keliling, penjaringan anak sekolah sebagai upaya pencegahan penyakit kepada anak usia 15 tahun, promkes, pengentasan stunting, ODF, posyandu, posbindu, pos rem, semua kita tangani melalui banyak program," ucapnya.
Sehingga lanjut Arsanti, Puskesmas bukan saja berfungsi seperti klinik atau rumah sakit namun juga melakukan upaya kesehatan masyarakat menuju puskesmas sebagai kunjungan sehat. Artinya, ke depan masyarakat yang datang ke puskesmas tidak hanya melakukan pengobatan tapi melakukan kunjungan sehat, seperti periksa kehamilan, tensi darah, gula darah, konsultasi kesehatan, mempertahankan kesehatan dan sebagainya.
"Jadi ya kita berharap ke depan UKP itu hanya 25 persen 75 persennya kunjungan sehat. Untuk itu perlahan kita ubah mindset pola pikir masyarakat untuk hidup sehat dan juga kita lakukan skrining penjaringan mulai dari usia 15 tahun," ujarnya.
Puskesmas Lawang Gintung sebagai puskesmas induk juga memiliki ahli gizi sebagai untuk memberikan layanan tentang gizi masyarakat. Tak hanya itu, anak yang mengalami stunting, kurang gizi, dan ibu hamil dan sebagainya yang sudah masuk dalam kriteria dan daftar penerima asupan gizi tambahan atau makanan tambahan juga memperoleh makanan tambahan sebagai upaya pengentasan stunting dan gizi buruk. Sehingga peran dan fungsi puskesmas benar-benar menjadi ujung tombak kesehatan masyarakat.
Tempat bermain anak di salah satu sudut ruangan UPTD Puskesmas Lawang Gintung. (Foto : Istimewa/iNewsBogor.id)
"Iya, puskesmas ini juga menyalurkan pemberian makanan tambahan dan kita menyiapkan juga ahli gizi. Jadi anak anak yang kurang energi, protein, stunting, anemia, ibu hamil dan sebagainya sesuai kriteria penerima kita berikan secara rutin selama tiga bulan di sini, mereka rutin datang ke puskesmas juga untuk mendapatkan penyaluran dan konsultasi dengan ahli gizi," ucapnya.
Editor : Furqon Munawar