Menurut Nanang, hampir semua jenis sapi mengalami penurunan penjualan, termasuk sapi dengan harga Rp 18-21 juta yang biasanya sangat diminati dan tidak terjual habis tahun ini. Minat terhadap sapi-sapi jumbo dengan berat di atas 750 kilogram juga tidak sebanyak tahun sebelumnya.
Menurut Nanang, penurunan penjualan ini memberikan penderitaan yang lebih panjang bagi para peternak. Tahun lalu, wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) melanda dan menyebabkan sekitar 25 persen peternak mengalami kerugian karena kandang mereka terinfeksi virus.
Peternak yang sapi-sapinya tidak terkena wabah juga terkena dampaknya karena kehilangan pasar dan harga sapi yang turun. Selain itu, penyakit cacar atau Jumpy Skin Diseases masih menyebar.
Nanang menyebutkan bahwa peternak juga menghadapi biaya pakan yang tinggi. "Biaya pakan berkontribusi 75 persen dari biaya operasional," kata dia.
Kenaikan harga pakan disebabkan oleh keterbatasan impor biji gandum setelah terjadi konflik antara Rusia dan Ukraina. Sumber protein lain seperti bungkil kedelai juga mengalami kenaikan harga.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait