APBN 2024: Jaga Inflasi Hingga Tekan Angka Prevalensi Stunting Demi Indonesia Maju

Lusius Genik N.L.
Kepala PKAPBN BKF Kemenkeu Wahyu Utomo, Ekonom INDEF Nailul Huda dalam diskusi publik Bedah Anatomi APBN 2024: Keuangan Negara di Pusaran Tahun Politik.

Defisit juga turun tajam, di masa pandemi sebesar 6,14 persen, sekarang hanya tinggal 2,29 persen atau turun Rp 442 trilliun. 

Ekonom INDEF Nailul Huda mengingatkan adanya sejumlah tantangan global yang berpotensi menghambat pemulihan ekonomi Indonesia. Antara lain, inflasi, likuidasi, kenaikan suku bunga acuan, potensi krisis utang, serta stagflasi. 

"Tantangan ini adalah potensi memburuknya perekonomian global yang berimbas pada perekonomian nasional," tuturnya.

Nailul cenderung pesimistis dengan cita-cita Indonesia maju 2045. Sebab, Indonesia harus mampu memenuhi syarat utama, yakni pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen.

"Dan target pertumbuhan ekonomi ini sangat sulit kita capai apabila APBN kita tidak digunakan dengan tepat," ucapnya. 

Situasi lain yang menurutnya perlu menjadi perhatian, yakni Indonesia kini menuju deindustrialisasi. Ukurannya adalah kontribusi sektor manufaktur yang hanya sekitar 18 persen terhadap pendapatan negara.

Nailul Huda mengungkapkan, tidak ada pembangunan pabrik yang signifikan menambah kontribusi industri manufaktur ke ekonomi nasional. 

Editor : Ifan Jafar Siddik

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network