Defisit juga turun tajam, di masa pandemi sebesar 6,14 persen, sekarang hanya tinggal 2,29 persen atau turun Rp 442 trilliun.
Ekonom INDEF Nailul Huda mengingatkan adanya sejumlah tantangan global yang berpotensi menghambat pemulihan ekonomi Indonesia. Antara lain, inflasi, likuidasi, kenaikan suku bunga acuan, potensi krisis utang, serta stagflasi.
"Tantangan ini adalah potensi memburuknya perekonomian global yang berimbas pada perekonomian nasional," tuturnya.
Nailul cenderung pesimistis dengan cita-cita Indonesia maju 2045. Sebab, Indonesia harus mampu memenuhi syarat utama, yakni pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen.
"Dan target pertumbuhan ekonomi ini sangat sulit kita capai apabila APBN kita tidak digunakan dengan tepat," ucapnya.
Situasi lain yang menurutnya perlu menjadi perhatian, yakni Indonesia kini menuju deindustrialisasi. Ukurannya adalah kontribusi sektor manufaktur yang hanya sekitar 18 persen terhadap pendapatan negara.
Nailul Huda mengungkapkan, tidak ada pembangunan pabrik yang signifikan menambah kontribusi industri manufaktur ke ekonomi nasional.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait