"Ini ancaman, ketika deindustrialisasi terjadi, tidak ada lapangan pekerjaan, yang kita khawatirkan adalah tenaga teman-teman mahasiswa tidak bisa diserap oleh pasar kerja. Kalau ingin bekerja di manufaktur. Bahwa industri kita share-nya berada di angka 18 persen," ujarnya.
Nailul Huda juga menyoroti target pemerintah yang mematok sektor manufaktur bisa berkontribusi 26 persen terhadap negara di tahun 2045. Menurutnya, untuk mewujudkan target itu, dibutuhkan pertumbuhan industri manufaktur yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Berarti manufaktur harus tumbuh dua digit untuk bisa mencapai share industri manufaktur yang ditetapkan oleh pemerintah," tuturnya.
Lemahnya sektor manufaktur juga menyebabkan sempitnya ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat. Nailul mengatakan, saat ini banyak lulusan SMA dan S1 yang justru bekerja di sektor informal.
"Jumlahnya berapa? dari 135 pekerja, 61 persen masuk ke sektor informal. Bekerja di restoran pinggir jalan, which is tidak dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan sosial. Rata-rata pekerja informal gajinya itu berapa? Rp 1,3 -1,5 juta. Bayangkan. Itu lebih rendah dibandingkan UMR Yogyakarta," tuturnya.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait