Dalam perjalanannya, Dedie mengatakan penanganan stunting bukan single problem, tapi multi problem. Data menjadi yang utama karena menjadi bagian penting. Untuk itu terkait data dia meminta harus di cek betul, valid dan hati-hati dalam pengelolaan serta pemanfaatan, khususnya yang di lapangan dalam menginput data migrasi dari luar daerah.
Kepala DP3A Kota Bogor, Anas Rasmana melaporkan, selain penurunan angka 2.363 berdasarkan hasil penimbangan bayi balita pada bulan Agustus menjadi 1.849. Turut dilaporkan angka yang berisiko stunting turun dari 21 ribu menjadi 19 ribu. Selanjutnya berdasarkan hasil survei intervensi dari program Penting Lur sebanyak 1.000 anak stunting berhasil menurunkan hingga 43 persen.
“Total ada 68 kolaborator yang telah membantu percepatan penanganan stunting di Kota Bogor. Penurunan dari 2.363 menjadi 1.849 hasil penambangan balita setiap bulan, tapi dihitung Agustus 2022 sampai Agustus 2023, masih berjalan dan terus berkurang dan target Kota Bogor saat ini 15 persen dan pada tahun 2024 minimal bisa mencapai 14 persen. Harapan kami program Penting Lur dapat dilanjutkan karena penting dan bisa diupayakan untuk yang berisiko stunting,” kata Kepala DP3A Kota Bogor, Anas Rasmana.
Sebelumnya Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah bersama beberapa kepala perangkat daerah dan perwakilan Forkopimda Kota Bogor meninjau stand dan inovasi yang ditampilkan setiap kecamatan.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim bersama jajaran unsur pimpinan Pemkot Bogor di sebuah acara. (Foto : Istimewa)
Kegiatan diakhiri dengan penyerahan penghargaan bagi kecamatan yang berhasil menurunkan angka stunting di wilayahnya dengan inovasi dan kolaborasi serta dilakukan penandatangan dengan beberapa pihak untuk pencegahan dan penanggulangan stunting, salah satunya dengan Perkumpulan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting Indonesia (P3SI).
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait