“Dalam budi daya, kualitas air yang menurun menyebabkan stres pada ikan, meningkatkan risiko penyakit, hingga kematian massal. Ini jelas merugikan secara ekonomi dan mengancam ketahanan pangan masyarakat pesisir,” tambahnya.
Gangguan dari lalu lintas laut kapal tambang juga disebut menjadi masalah. Kapal-kapal besar dapat merusak alat tangkap nelayan, memicu kebisingan yang mengganggu migrasi ikan, serta meningkatkan risiko pencemaran akibat tumpahan minyak.
Konflik ruang antara aktivitas industri dan perikanan tradisional pun tak terhindarkan.Prof Dietriech menjelaskan bahwa perlindungan ekosistem laut seperti di Raja Ampat adalah investasi jangka panjang bagi keberlanjutan ekonomi dan sosial masyarakat.
“Raja Ampat bukan hanya destinasi wisata dan pusat produksi kerapu dunia, tapi juga simbol penting dari upaya kita menjaga keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam,” imbuhnya.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait
