BEKASI, iNewsBogor.id - Komunitas kreatif Peluru Tak Terkendali bersama remaja dan anak milenial Bekasi mengadakan acara pesta musik dan diskusi bersama calon legislatif (Caleg) pada Jumat (26/01/2023).
Kegiatan yang diberi nama After Party Talk Show dan Karaoke ini diadakan bersama Caleg DPRD Kabupaten Bekasi dari Fraksi PDIP, Silviya Wahyu Putri, dan Caleg DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi PDIP, Hendriek Lyston Sihotang, di Lapangan Mini Soccer Ganda Agung Karangbahagia, Kabupaten Bekasi.
Dalam sesi diskusi, Komika Fico Fachriza menjadi pembicara yang memulai percakapan. Fico, yang juga anggota Peluru Tak Terkendali, menyampaikan bahwa kegelisahan anak muda di Bekasi sangatlah besar, terutama soal keadilan lapangan kerja bagi warga setempat.
Oleh karena itu, para caleg harus memiliki visi dan misi yang nyata untuk memperhatikan suara anak muda dan masyarakat Bekasi secara umum.
Lihat kegiatan Peluru Tak Terkendali lainnya di sini.
Silviya setuju dengan pernyataan Fico bahwa diperlukan sosok yang dapat memperhatikan para pemuda agar mereka dapat bertindak secara produktif.
Silviya juga menyatakan bahwa Kabupaten Bekasi, sebagai wilayah industri terbesar di Asia Tenggara, harus memberikan kesempatan bagi perempuan dan ibu rumah tangga yang ingin bekerja.
"Kami akan berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan di Bekasi agar menyiapkan tempat industri untuk ibu-ibu. Nanti ibu-ibu akan dipersiapkan (bekerja),"
Selain itu, Silviya berjanji akan mengakomodir UMKM agar para ibu yang senang di dapur bisa menyalurkan bakatnya.
"Saya akan membuat UMKM biar ibu-ibu senangnya di dapur agar hobinya itu jadi pemasukan untuk ibu-ibu dan keluarga," katanya.
Selain bersama Silviya, PTT juga mengundang Hendriek Sihotang, Caleg nomor urut 5 untuk DPRD Provinsi Jawa Barat Fraksi PDIP.
Fico menanyakan bagaimana Hendriek memecahkan persoalan-persoalan di Kabupaten Bekasi jika ia terpilih menjadi wakil rakyat ke depannya.
Hendriek berujar, untuk memecahkan masalah di Kabupaten Bekasi, tidak bisa menggunakan jawaban imajiner, tetapi harus berdasarkan program nyata.
Hendriek menuturkan, perusahaan-perusahaan yang menanamkan modalnya di Kabupaten Bekasi, harus menerapkan aturan kuota khusus untuk warga asli Bekasi dan anak-anak yang baru lulus sekolah.
"Bekasi ini harus punya satu tatanan bagaimana lowongan pekerjaan ke depannya bisa merata. Di pabrik-pabrik harus diisi paling tidak sebagian pekerjanya ber-KTP Bekasi," katanya.
"Harapan saya ada satu peraturan daerah dari bupati yang mengelaborasi SMA dan SMK harus langsung ada satu kurikulum atau silabus yang mengajarkan dunia industri seperti apa. Contoh terkait kebutuhan dunia kerja, kebutuhan sikap kerja, di sekolah belum diajarkan itu," sambungnya.
Menurut Hendriek, problematika Bekasi sangat kompleks. Meski terkenal sebagai daerah industri besar, namun belum seluruh warga Bekasi menikmati lapangan pekerjaan yang disediakan. Kebanyakan karyawannya adalah pendatang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Karena itu, Hendriek juga berharap pada pemerintah agar melihat masalah hidup di Kabupaten Bekasi dan menekankan pada program padat karya derta bantuan kepada para petani.
"Kita jangan bilang Bekasi 8000 pabrik tapi pengangguran-pengangguran bertebaran
APBD Bekasi tiap tahun 7 triliun, tapi hampir setiap tahun 1 triliun tak terpakai. Kelebihan anggaran ini harusnya dimanfaatan untuk masyarakat pinggiran. Misalnya di sini petani belum memiliki BPJS kesehatan," katanya.
Editor : Furqon Munawar