Koperasi Transportasi Digital: Jalan Tengah Antara Teknologi dan Keadilan Sosial
Sebagai alternatif, Prof. Didik mengusulkan agar pemerintah melalui lembaga seperti Danantara membangun platform transportasi digital milik rakyat dengan skema koperasi. Platform ini nantinya bisa dimiliki oleh ratusan ribu bahkan jutaan pengemudi motor dan mobil di Indonesia.
Model seperti ini juga telah sukses dijalankan di luar negeri. Salah satunya adalah Co-op Ride di New York City, sebuah platform ride-sharing berbasis koperasi, yang dimiliki dan dikelola langsung oleh para pengemudi, bukan oleh korporasi besar seperti Uber atau Lyft.
“Koperasi transportasi digital ini secara ekonomi jauh lebih feasible dibanding Koperasi Merah Putih di pedesaan, karena penduduk kota sekarang jauh lebih besar dan lebih siap dalam hal teknologi,” kata Didik.
Lebih lanjut, ia menyinggung bahwa ideologi ekonomi Presiden Prabowo banyak dipengaruhi oleh pemikiran Prof. Sumitro Djojohadikusumo, ekonom nasionalis yang mengedepankan peran negara dalam pembangunan dan transformasi ekonomi.
“Sumitro percaya pada ekonomi Pancasila dan sosialisme demokratik yang memihak rakyat. Gagasan itu kini direalisasikan oleh Presiden Prabowo melalui konsep Ekonomi Konstitusi, seperti yang dijelaskan dalam bukunya Paradoks Indonesia,” ujar Prof. Didik.
Menurutnya, saat ini adalah momen penting untuk menjadikan koperasi sebagai pilar utama dalam transformasi ekonomi digital, khususnya di sektor transportasi dan logistik. Dengan koperasi, ekonomi digital akan berpihak pada rakyat dan menciptakan keadilan sosial yang nyata.
Editor : Furqon Munawar