Trem di Kota Bogor Diuji Coba 2026
Rencana pengoperasian trem di Kota Bogor dinilai menjadi langkah yang baik untuk penataan sistem transportasi massal mewujudkan salah satu program Bogor Lancar. Skema ini disebut efektif karena daya tampungnya besar.
Pengamat transportasi, Yayat Supriatna mengatakan moda transportasi umum berbasis rel wajib diterapkan jika Bogor ingin mendorong 60 persen warganya beralih ke angkutan umum.
“Kalau kita ingin mendorong orang Bogor 60 persen menggunakan public transport, jawabannya adalah berbasis rel,” ujarnya.\
Jakarta sudah membuktikan efektivitas moda tersebut melalui MRT, LRT, dan KRL yang terus diperluas. Ia menyebut kepastian waktu dan kapasitas yang memadai menjadi alasan Bogor harus mulai bertransformasi.
Ia juga menyoroti teknologi trem modern yang mengandalkan baterai sehingga tidak memerlukan kabel atas. Penggunaan dua gerbong bertenaga baterai setara dengan dua bus tanpa perlu menambah prasarananya.
“Tinggal memperkuat jaringan jalan khususnya jembatan yang mungkin harus diperkuat,” tuturnya.
Konsep trem ini juga dinilai dapat memperkuat citra Bogor sebagai kota dengan transportasi hijau. Yayat menyebut jalur trem yang melingkar ke Kebun Raya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
“Datang ke Bogor orang bisa langsung naik trem, dari LRT nanti bisa sambung trem dan biayanya lebih terjangkau,” tuturnya.
Dengan begitu, trem berpotensi menjadi angkutan utama di Kota Bogor. Namun ini mesti dibarengi kebijakan pengendalian penggunaan kendaraan pribadi. Contohnya, pemerintah mulai berani mengoperasikan kebijakan Ganjil Genap di area Sistem Satu Arah (SSA) Kebun Raya. Atau kalau perlu memberlakukan jalan berbayar dan parkir yang tinggi.
“Jadi orang-orang yang menggunakan kendaraan pribadi bisa dikendalikan dengan kebijakan push fighter. Sementara angkotnya bisa jadi feeder,” katanya.
Editor : Ifan Jafar Siddik