Seiring dengan itu Raden Djajasasana putra Aria Wangsa Goparana dari Talaga, keturunan Sunan Talaga, terpaksa meninggalkan Talaga karena masuk Agama Islam. Sedangkan para Sunan Talaga waktu itu masih kuat memeluk agama Hindu. Aria Wangsa Goparana kemudian mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan agama Islam ke daerah sekitarnya.
Sementara itu Cikundul yang sebelumnya hanyalah merupakan sub nagari menjadi ibu nagari tempat permukiman rakyat Djajasasana. Kemudian daerah tersebut berkembang pesat baik dari infrastruktur, budaya, agama, hingga kehidupan orang-orangnya.
Apalagi ditopang dengan kesuburan tanahnya yang cocok ditanami berbagai tumbuhan. Sebagai daerah beriklim tropis, maka di wilayah Cianjur utara tumbuh subur tanaman sayuran, teh dan tanaman hias. Di wilayah Cianjur Tengah tumbuh dengan baik tanaman padi, kelapa dan buah-buahan.
Sedangkan di wilayah Cianjur Selatan tumbuh tanaman palawija, perkebunan teh, karet, aren, cokelat, kelapa serta tanaman buah-buahan. Catatan di Dinas Arsip Kabupaten Cianjur menuliskan, jika saat pergi keluar meninggalkan Talaga, Raden Djajasasana putra Aria Wangsa Goparana dari Talaga keturunan Sunan Talaga, membawa 100 cacah (rakyat). Dia ditugaskan untuk membuka wilayah baru yang bernama Cikundul.
Pada perjalanan waktu, Raden Djajasasana kemudian berhasil menahan serangan dari pasukan Banten dalam mempertahankan wilayah yang dibangunnya tersebut. Sehingga beliau dianugerahi gelar panglima (Wira Tanu) dan akhirnya dikenal dengan gelar Raden Aria Wira Tanu. Dia kemudian mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan Agama Islam ke daerah sekitarnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta