Sementara itu, menurut Gus Paox Iben, kebudayaan nusantara bangsa Indonesia selama ini mampu berhadapan (akulturasi) dengan kebudayaan bangsa lain. Contohnya lakon punokawan seperti Semar Petruk Gareng dan Bagong adalah karya Prabu Jayabaya membumikan cerita Ramayana dan Mahabarata dari peradaban Hindustan.
"Peradaban (kebudayaan) nusantara ini unik, selama ribuan tahun mampu beradaptasi dengan peradaban bangsa lain. Nenek moyang kita tidak menolak kebudayaan lain dan tidak terbawa arus budaya di luar nusantara. Justru leluhur kita ini mengharmonisasi kebudayaan lain dengan jati diri bangsa Indonesia" tutur Gus Paox Iben, Ketua Kopi Gama yang sempat menyambut kunjungan Ganjar Pranowo dengan parade Seni Barongan di Kendal Jawa Tengah.
Di sisi lain, Gus Muwafiq menyampaikan, Islam telah bergerak selama 800 tahun sebelum sampai di daratan Nusantara, transformasi Islam untuk memenuhi takdir sebagai agama yang membawa kesejukan bagi seluruh umat manusia memerlukan waktu tidak sebentar. Oleh karena itu, pertemuan antara konsep agama dan kebudayaan terjadi dimana pun, dengan karakter dan corak Islam di Indonesia sangat beragam, karena Indonesia dihuni oleh ratusan ribu budaya, suku, dan tradisi.
"Di Arab sana, haji adalah hal yang biasa. Di sini merupakan hal yang istimewa dan gelarnya melekat. Kalau di Jawa berubah menjadi Wak Kaji. Nabi Muhammad juga, sampai di Indonesia mendapat sapaan nama tambahan, Kanjeng Nabi. Shalat sebutannya berubah menjadi sembahyang. Ini kan kebudayaan, tapi agamanya dan substansinya tetap," jelas Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.
Editor : Furqon Munawar