Renungkanlah, “bahkan semua kita sepertinya mempunyai dosa yang sangat kita rahasiakan, termasuk kepada pasangan hidup kita sendiri”.
Kalau kita menengok ke belakang sambil berbisik dengan nurani kita, “Wahai Fulan, setelah engkau mencapai usia 60 tahun ini, berapa banyak dosa yang telah engkau perbuat?”. Rasanya tidak akan mampu kita menghitungnya. Maka kiranya tepat sekali, jeritan hati Abu Nawas dalam syairnya yang sangat terkenal :
إلهي لست لى الفردوس اهلا – ولاأ قوى على النار الجحيم
فهبلي توبة واغفز ذنوبي – فإنك غافر الذنب العظيم
“ Tuhanku rasanya aku tak pantas menjadi penghuni surga Firdaus, tetapi aku tidak kuat bila menjadi penghuni neraka Jahim, maka berilah aku kemampuan untuk bertaubat maka ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun Maha Agung”.
Maka sangatlah penting untuk introspeksi, mawas diri, muhasabah agar kita menyadari terhadap dosa-dosa yang pernah kita lakukan, kemudian kita segera bertaubat, taubat dari lubuk hati yang paling dalam serta dengan penuh optimis bahwa Allah swt akan mengampuni dosa-dosa yang pernah kita perbuat.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron (3):i35 sebagai berikut:
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوا فَاخِشَةً اَوْظَلَمُوا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوْاالله فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إلاَّالله وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلَى مَافَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْن
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.
Berdasarkan ayat tersebut, maka apabila kita telah menyadari bahwa kita telah berbuat dosa, apalagi banyak dosa, segeralah untuk:
a. Dzakarullaaha, berdzikir kepada Allah swt, mengingat dan menyebut nama Allah dengan dzikron katsiiron, dengan dzikir yang banyak.
b. Fastaghfaruu li dzunuubihim, kemudian mereka istighfar, mohon ampun atas dosa-dosanya.
c. Walam yusirruu ‘alaa maa fa’aluu wahum ya’lamuun, dan mereka tidak meneruskan dan tidak mengulangi perbuatan dosanya, karena mengetahui kekejian mereka.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta