Berbeda dengan Mega, SBY justru tidak pernah mengolok-olok Jokowi. SBY justru melakukan kritik secara elegan kepada Jokowi. Meski Jokowi meneruskan pemerintahannya, SBY tidak pernah mengintervensi atau cawe-cawe pemerintahan Jokowi.
Karena itu, dalam posisi tersebut, peluang kerjasama Jokowi-SBY justru lebih terbuka. Dalam banyak rumor, Jokowi justru ingin ‘Presiden Terpilih’ nanti akan loyal kepada dirinya dan bukan justru kepada Mega. Dan, pilihannya tentu bukan Ganjar Pranowo yang sudah cenderung dilabeli sebagai milik Mega dan PDIP.
Andai SBY Memilih Jokowi
Jika hubungan SBY dan Mega tak kunjung membaik, maka hubungan SBY dan Jokowi justru berpotensi menghangat dan berujung pada koalisi. SBY dan Jokowi tidak pernah menunjukkan perseteruan terbuka.
Mungkin dalam konflik partai Demokrat, ada bibit seteru SBY dengan Jokowi. Tapi hingga kini rasanya Jokowi tak pernah menyerang SBY dan Demokrat secara terbuka. Bahkan dalam 6 tahun terakhir (Untuk menunjukkan komunikasi yang tidak macet), Jokowi justru sudah menerima SBY secara resmi di Istana sebanyak dua kali.
Padahal, boleh jadi sebenarnya Jokowi bisa memilih mengulang posisi SBY kala menjadi Presiden satu dasawarsa lalu: ikut cawe-cawe dalam pemilihan Ketum partai dan mungkin pengambilalihan partai. Waktu itu, semua orang sangat yakin penguasa Istana ikut campur dalam pengambilalihan partai. PKB diambil cak Imin, sementara Golkar diambil JK. Poin utamanya, Istana memegang remote control atas suksesi atau pergantian Ketua Umum partai.
Editor : Furqon Munawar