Lalu apa hubungan dengan Pilpres 2024?
Tidak sulit sebenarnya membangun dua koalisi besar jika SBY dan Mega tidak memendam perseteruan abadi. Sebab, jika perseteruan itu tidak terjadi, mungkin saja kita akan melihat koalisi Anies-Ganjar terbentuk sehingga Pilpres hanya menyisakan dua nama pasangan Capres-Cawapres dan terasa sangat efisien.
Akan tetapi, konsepsi tersebut sangat mustahil terjadi. Pasalnya, Mega dan SBY tidak akan memiliki pandangan visi yang sama karena problem perseteruan politik sedari awal.
Menarik sebenarnya melihat posisi Jokowi di tengah perseteruan SBY-Mega. Bagaimana secara politis, bandul posisi Jokowi akan lebih cenderung mengikuti posisi Megawati sebagai Ketua Umum PDIP.
"Tetapi, sikap Jokowi tentu akan sangat bergantung pada sikap Megawati. Siapapun akan bersikap dan mengambil langkah politik sesuai dengan feedback yang diterima dirinya. Jokowi yang sering distempel sebagai ‘Petugas Partai’ tentu akan melawan bila sering direndahkan di depan publik. Masih terngiang dalam ingatan semua, bagaimana Mega sering merendahkan posisi Jokowi sebagai ‘Petugas Partai’ dan menyebut Jokowi tidak akan menjadi Presiden tanpa perintah Mega dan PDIP,"
Tak terkecuali dalam penentuan Capres Ganjar Pranowo. Sekali lagi, Jokowi cukup direndahkan. Dalam banyak laporan media, Jokowi ditenggarai tidak dilibatkan dalam penentuan Capres Ganjar. Jokowi justru hanya diberitahu pada saat-saat terakhir sebelum deklarasi Ganjar sebagai Calon Presiden pada 21 April lalu.
Editor : Furqon Munawar