Rencananya, ronbongan Daulat Budaya Nusantara akan mengadakan Ruwatan Nusantara di sembilan titik: Kediri Jawa Timur, Jepara Jawa Tengah, Purwakarta Jawa Barat, Anambas Kepulauan Riau, Alor Nusa Tenggara Timur, Pidie Aceh, Nusantara Kalimantan Timur, Ternate Maluku dan Jayapura Papua.
"Prakarsa Daulat Budaya Nusantara yang saya gagas bersama Gus Benny, Mbah Tejo, Kyai Paox dan Gus Hamid, tidak akan terlaksana tanpa komitmen dari Indika Energy yang akan keliling di Sembilan titik di Indonesia” sambung Teguh.
Ritual penting yang dilakukan kali kedua ini berada di desa Tempur, sebuah desa di kecamatan Keling kabupaten Jepara, yang letaknya tepat berada di kaki Gunung Muria. Salah satu lokasi ritual di Desa Tempur yakni Candi Angin yang menjadi candi yang kerap kali menjadi tujuan wisata para pelancong. Ada beberapa cerita tentang Candi Angin ini, diantaranya berkaitan dengan kerajaan Kalingga, menjadi peninggalan dari tokoh pewayangan dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai petilasan Wali Songo.
“Candi Angin ini peninggalan sangat penting di tanah Jawa. Salah satu candi tertua berdasarkan bukti arkeologi di jaman Ratu Shima yang memerintah kerajaan Kalingga sekitar abad ke 6 masehi. Candi Angin ini menjadi tujuan saya bersama sedulur-sedulur Daulat Budaya Nusantara ke Desa Tempur di Keling untuk mengawali ritual Ruwatan”, tutur Gus Benny Zakaria yang juga pengasuh Pondok Alam Adat Budaya Nusantara Mahapatih Narotama Mojokerto.
Setelah mengunjungi Candi Angin, rombongan kecil Daulat Budaya Nusantara melanjutkan perjalanan naik ojek selama 1 jam dari Desa Tempur ke pos pendakian Gunung Muria. Trek yang dilalui adalah jalan setapak di lereng pegunungan Muria dari sisi barat laut yang sebagian jalurnya telah dicor beton dan melewati banyak kebun warga yang ditanami kopi.Setelah satu jam perjalanan, ojek akan berhenti di komplek petilasan Pandawa : Eyang Pandu Dewanata, Eyang Kunti dan Eyang Nakula Sadewa, sebab tidak ada jalan lagi untuk motor. Perjalanan berikutnya ke Puncak Songolikur, puncak tertinggi Gunung Muria ditempuh dengan jalan kaki.
Editor : Furqon Munawar